Selasa, 07 Mei 2013

PLYGLOTISM (Poliglotisme)


Poliglotisme adalah kemampuan menuturkan beberapa bahasa dengan sangat mahir. Belum ada kesepakatan mengenai berapa banyak bahasa yang harus dikuasai seseorang agar bisa disebut poliglot. Ada yang menetapkan "empat atau lebih", karena penutur dua atau tiga bahasa biasanya disebut dwibahasa (bilingual) dan tribahasa (trilingual). Istilah multibahasa juga mirip dengan poliglot. Ahli bahasa Richard Hudson memakai kata "hiperpoliglot" untuk menyebut orang yang fasih berbicara dalam enam bahasa atau lebih
 
Kemampuan belajar
Salah satu fakta yang beredar luas adalah saat belajar pada usia dini, seseorang dapat bergantung pada karakteristik yang tertanam dalam perkembangan otak secara alamiah, yaitu daya ingat yang luar biasa untuk bahasa dan kemampuan menyerap struktur dan kosa kata baru.
Ketika dewasa, situasi ini berubah. Ada penjelasan umum tentang mengapa sejumlah orang tampak mudah sekali belajar bahasa baru ketimbang orang lain, yaitu bahwa seseorang yang tertarik dengan bahasa dan berhasil berkembang secara intelektual agar mampu mengoptimalkan teknik belajarnya melalui pengalaman akan semakin efisien menghadapi bahasa baru, sehingga mereka tidak perlu susah payah mempelajarinya. Faktor lain menyatakan bahwa bahasa cenderung bertindihan tata bahasa dan kosa kata, sehingga lebih mudah mempelajari bahasa baru, menghubung-hubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki si pelajar. Misalnya, seorang penutur bahasa Inggris "tahu" secara pasif sekian ribu kata berbahasa Perancis berkat penyerapan kata dalam jumlah besar oleh bahasa Inggris dari bahasa Perancis (penindihan ini jauh lebih sedikit antara bahasa Inggris dan Jerman atau bahasa Jermanik lainnya). Penutur hanya perlu "mengaktifkan" hubungan tersebut, lebih mudah daripada mempelajari dari awal kosa kata dan struktur tata bahasanya yang terkesan baru.
Ada sejumlah teori eksotis tentang sebab beberapa orang bisa belajar bahasa dengan mudah, sementara lainnya kesulitan mempelajari satu bahasa asing saja. Satu teori menyatakan bahwa naiknya level testosteron di uterus bisa meningkatkan asimetri otak. Teori lainnya menyatakan bahwa menjadi seorang poliglot tidak harus memiliki faktor-faktor tersebut dan ini semua hanya masalah kerja keras dan motivasi yang tepat yang bisa dilakukan semua orang dewasa meski tidak berbakat secara alamiah. Ilmuwan saraf Katrin Amunts mempelajari otak Emil Krebs dan menetapkan bahwa wilayah di otak Krebs yang mengatur kemampuan berbahasa, wilayah Broca, memiliki susunan yang berbeda ketimbang otak orang-orang monolingual.



Kriteria objektif
Dengan ditemukannya komputer, para ahli bahasa dapat memahami lebih lanjut tentang arti "mengetahui sebuah bahasa". Diperkirakan bahwa 2000 kata berfrekuensi tinggi (dalam semua artiannya) mencakup sekitar 75-80% teks umum dalam bahasa Inggris dan Eropa lainnya. Kosa kata yang terbatas seperti itu memungkinkan seseorang menciptakan konsep yang jauh lebih rumit sesuai sirkumlokusi (misalnya 30.000-50.000 kata yang terdapat dalam kamus bahasa Inggris pelajar modern didefinisikan dengan 2000-3000 kata saja). Di sisi lain, seorang penutur asli dengan pendidikan tinggi mampu menguasai 25.000-30.000 kata pasif. Kosa kata pasif yang dikuasai para penutur asli berpendidikan bertambah jumlahnya seiring usia hingga 50.000 kata atau lebih pada usia 50-60 tahun.
Sulit menentukan secara objektif klaim poliglotisme yang ada, karena "kefasihan" dapat dicapai dengan penguasaan secara aktif dan pemakaian asertif dengan kosa kata umum yang sangat terbatas atau bahkan kosa kata khusus terbatas. Seorang penutur asli yang memakai 1000 dari 40.000-50.000 kata dalam tulisannya atau seorang "poliglot" yang terbatas hingga 2000-3000 kata adalah "penutur mahir" yang sama-sama berbeda.

Poliglot ternama yang masih hidup
1.      Swami Rambhadracharya, pemimpin spiritual Hindu, pendidik, sarjana Sansekerta, poliglot, penyair, penulis, komentator teks, filsuf, komponis, penyanyi, pengarang, dan seniman Katha asal Chitrakoot, India, yang mampu menuturkan 22 bahasa, termasuk Sansekerta, Hindi, Inggris, Perancis, Bhojpuri, Maithili, Oriya, Gujarati, Punjabi, Marathi, Magadhi, Awadhi, dan Braj. Rambhadracharya tunanetra sejak usia dua bulan, tetapi tidak pernah memakai huruf Braille atau bantuan apapun untuk belajar atau menggubah musik.
2.      Alexander Arguelles, sarjana multibahasa Amerika Serikat. Ia bisa membaca dan menuturkan dengan fasih 36 bahasa.
3.      Peter Kodwo Appiah Turkson, kardinal Gereja Katolik Ghana dan calon pengganti Paus Benediktus XVI. Turkson mampu menuturkan bahasa Inggris, Fante, Perancis, Italia, Jerman, dan Ibrani. Ia juga paham bahasa Latin dan Yunani.
4.      Claudio Castagnoli, juga dikenal dengan nama Antonio Cesaro, seorang petinju profesional Swiss. Ia fasih dalam lima bahasa, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, dan Romansh. Ia juga terbiasa mengadakan wawancara dalam bahasa yang berbeda.
5.      Daniel Tammet, penulis, esais, dan savant penderita autis asal Britania Raya. Ia mempelajari 10 bahasa, termasuk Rumania, Gaelik, Wales, dan Islandia dalam seminggu untuk pembuatan sebuah dokumenter televisi
6.      Dikembe Mutombo, mantan pemain NBA. Ia mampu menuturkan bahasa Inggris, Perancis, Portugal, Spanyol, Tshiluba, Swahili, Lingala, dan dua bahasa Afrika tengah lain.
7.      D. J. Mbenga, pemain NBA asal Belgia. Ia mampu menuturkan bahasa Inggris, Perancis, Lingala, Portugal, dan Tshiluba.
8.      Graça Machel, istri mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela dan mantan istri Presiden Mozambik Samora Machel. Ia fasih menuturkan 7 bahasa, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Portugal, Spanyol, dan Tsonga. Graça Machel adalah satu-satunya wanita di dunia yang menjadi Ibu Negara di dua negara berbeda: Mozambik sejak 1975 sampai 1986 dan Afrika Selatan sejak 1998 sampai 1999.
9.      Ioannis Ikonomou (1964), penerjemah di Komisi Eropa. Ia mampu menuturkan 32 bahasa dengan fasih.
10.  Jimmy Jean-Louis, aktor dan model Haiti yang dikenal sebagai pemeran The Haitian dalam seri televisi Heroes di NBC. Ia lancar berbicara dalam lima bahasa, Kreol Haiti, Inggris, Perancis, Italia, dan Spanyol.
11.  Patrice Evra, pemain sepak bola Manchester United asal Perancis. Ia bisa berbicara dalam bahasa Inggris, Perancis, Italia, Portugal, dan Spanyol, namun gagal menguasai bahasa Korea.
12.  Roy Hodgson, saat ini manajer timnas sepak bola Inggris, lancar berbicara dalam bahasa Inggris, Jerman, Italia, Norwegia, dan Swedia, sedikit bahasa Denmark, Finlandia, dan Perancis, padahal ia menderita rotasisme (cadel).
13.  Farin Urlaub, gitaris, penyanyi, dan vokalis band punk rock Jerman Die Ärzte. Karena suka berpetualang, ia belajar dan menuturkan tujuh bahasa, yaitu Jerman, Inggris, Spanyol, Perancis, Portugal, Jepang, dan Italia.
14.  Janice Vidal, penyanyi Hong Kong. Ia adalah anak dari ayah Filipina dan ibu Cina Korea. Kebanyakan lagunya memiliki lirik bahasa Kanton dan Inggris. Ia juga menyanyi dalam bahasa Mandarin dan Jepang. Ia mampu berbicara dalam bahasa Tagalog dan Korea yang dipelajari dari kedua orang tuanya.
15.  Zubair Ali Zai, ulama Muslim Pakistan. Ia fasih menuturkan bahasa Pashtun, Arab, Inggris, Hindi, dan Yunani, dan lumayan menguasai bahasa Persia.

Poliglot ternama yang sudah meninggal
Secara praktis, sulit membuktikan kemampuan berbahasa orang yang sudah mati, sehingga klaim poliglotisme mereka tidak dapat dikonfirmasi dan harus bergantung pada sejumlah bukti yang belum disahkan. Beberapa klaim menyebutkan bahasa yang mereka tuturkan, kemahirannya, dan cara kemampuan tersebut didapatkan. Karena itu, daftar berikut berisikan nama-nama yang dikaitkan dengan klaim poliglotisme yang luar biasa:

1.      Mithridates VI dari Pontus, katanya mampu menuturkan semua bahasa suku bangsa di kerajaannya yang berjumlah 22.
2.      John Bowring (1792–1872), ekonom politik Inggris dan Gubernur Hong Kong ke-4.
3.      Cleopatra VII (69-30 B.C.), Firaun terakhir yang berkuasa di Mesir Kuno. Menurut biografer Romawi, Plutarkhus, ia mampu menuturkan 9 bahasa dan merupakan satu-satunya anggota dinasti yang fasih berbahasa Mesir dan Yunani.
4.      Utpal Dutt (1929–1993), aktor, sutradara, penulis, dan pengarang India. Ia menguasai 8 bahasa.
5.      Friedrich Engels (1820–1895), industrialis, ilmuwan sosial Jerman-Inggris, dan bapak teori Marxis bersama Karl Marx. Ia menguasai lebih dari 20 bahasa.
6.      Dr Abdul Rahman Ghassemlou (1930–1989), aktivis politik dan ekonom Timur Tengah yang mampu menuturkan 6 bahasa dengan lancar. Ia menguasai 7 bahasa termasuk bahasa ibunya.
7.      Hans Conon von der Gabelentz (1807–1874), peneliti bahasa Jerman yang mempelajari lebih dari 80 bahasa.
8.      Nicolae Iorga (1871–1940), sejarawan, politikus, kritikus sastra, penulis memoar, penyair, dan pengarang Rumania. Ia mampu berbicara dalam bahasa Aromania, Rumania, Perancis, Italia, Latin, dan Yunani dengan lancar pada usia 15 tahun.
9.      Adam František Kollár (1718–1783), penulis Slowakia. Ia menuturkan bahasa Slowak, Ceko, Serbia, Polandia, Rusin, Rusia, Belarus, Ukraina, Slovenia, Kroasia, Bulgaria, Hongaria, Jerman, Latin, Yunani, Ibrani, Turki, Cina, Persia, Arab, Italia, Rumania, Perancis, Belanda, dan Inggris.
10.  Emil Krebs (1867–1930), poliglot dan sinolog Jerman. Ia menguasai 68 bahasa secara verbal dan tertulis dan mempelajari 120 bahasa lainnya.
11.  Erik von Kuehnelt-Leddihn (1909-1999), bangsawan Katolik dan teoris sosio-politik Austria. Ia mampu berbicara dalam 8 bahasa dan membaca dalam 17 bahasa lain.
12.  Kató Lomb (1909–2003), penerjemah Hongaria dan salah seorang penerjemah simultan pertama di dunia. Ia mampu menerjemahkan secara fasih sembilan atau sepuluh bahasa (empat di antaranya tanpa persiapan).
13.  Uku Masing (1909–1985), ahli bahasa, teolog, etnolog, dan penyair Estonia. Ia dikabarkan menguasai 65 bahasa dan dapat menerjemahkan 20 bahasa.
14.  Giuseppe Caspar Mezzofanti (1774–1849), kardinal Italia. Ia mampu menuturkan 39 bahasa dengan fasih.
15.  John Milton (1608–1674), penyair asal Inggris yang terkenal karena karyanya, Paradise Lost. Milton mampu berbicara dalam bahasa Inggris, Latin, Perancis, Jerman, Yunani, Ibrani, Italia, Spanyol, Aram, dan Suriah. Ia juga menguasai bahasa Inggris Lama. Ia menciptakan 630 kata dalam bahasa Inggris.
16.  Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) fasih dalam sejumlah bahasa, yaitu Polandia, Italia, Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal, Rusia, Kroasia, Yunani Kuno, dan Latin. Pada Minggu Paskah, ia menyampaikan ucapan Selamat Paskah kepada umat Kristen dalam bahasa mereka masing-masing.
17.  Mario Pei (1901–1978), ahli bahasa dan penulis Italia-Amerika. Ia katanya fasih berbicara dalam 38 bahasa dan menguasai struktur lebih dari 100 bahasa.
18.  Ernesto de la Peña (1927-2012), ahli bahasa dan penulis Meksiko. Ia mampu berbicara dalam 33 bahasa, termasuk Rusia, Ibrani, Italia, Jerman, Perancis, Yunani Klasik, dan Latin. Ia juga seorang penerjemah dan polimat.
19.  P. V. Narasimha Rao (1921–2004), pengacara, politikus, dan aktivis India yang menjabat sebagai Perdana Menteri India ke-9 (1991–1996). Selain delapan bahasa India (Telugu, Hindi, Urdu, Oriya, Marathi, Bengali, Gujarati, Tamil), ia bisa menuturkan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Spanyol, Jerman, Yunani, Latin, dan Persia.
20.  Badi' ud-Din Shah al-Rashidi (1925-1996), ulama, penulis, dan kutu buku Pakistan. Ia fasih berbicara dalam bahasa Sindhi, Urdu, dan Arab dan lancar berbicara sekaligus mendengar dalam bahasa Persia meski tidak menguasai aksaranya.
21.  Dr José Rizal (1861–1896), pahlawan nasional Filipina, optometris, seniman, penulis, dan ilmuwan yang mampu menuturkan 22 bahasa.
22.  Agus Salim, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, menguasai 7 bahasa asing.
23.  Heinrich Schliemann (1820-1890), arkeolog Jerman yang menggali sisa peradaban Troya dan Mycenaea, mampu berbicara dalam bahasa Jerman, Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Portugal, Spanyol, Polandia, Swedia, Yunani, Latin, Rusia, Arab, dan Turki.
24.  R.M.P. Sosrokartono (1877–1918), penerjemah dan koresponden berita perang untuk The New York Herald Tribune. Ia dikabarkan mampu berbicara dalam 34 bahasa (24 bahasa non-Indonesia, 10 bahasa di Indonesia).
25.  Teresa Tang (1953-1995), penyanyi Taiwan. Ia fasih berbahasa Mandarin, Taiwan, Inggris, Jepang, Vietnam, dan Indonesia. Ia juga bisa berbicara dalam dialek Sichuan, Shandong, bahasa Melayu, dan Perancis.
26.  Nikola Tesla (1856–1943), penemu, fisikawan, teknisi mekanik, dan teknisi listrik Serbia-Amerika. Ia mampu menuturkan bahasa Serbia-Kroasia, Ceko, Inggris, Perancis, Jerman, Hongaria, Italia, dan Latin.
27.  John Ronald Reuel Tolkien, CBE (1892–1973) adalah penulis, penyait, filolog, dan profesor Inggris. Ia menuturkan lebih dari selusin bahasa dan dialek dan menciptakan beberapa bahasa sendiri. Tolkien mempelajari bahasa Latin, Perancis, dan Jerman dari ibunya. Ia belajar bahasa Inggris Pertengahan, Inggris Lama, Finlandia, Gothik, Yunani, Italia, Norsk Lama, Spanyol, Wales, dan Wales Pertengahan di sekolah. Ia juga menguasai betul bahasa Denmark, Belanda, Lombardia, Norwegia, Rusia, Serbia, Swedia, dan bentuk lama bahasa Jermanik dan Slavonik modern.
28.  Noah Webster (1758–1843), seorang leksikografer, reformis pengejaan bahasa Inggris, dan penulis. Ia menguasai 23 bahasa.
29.  Harold Williams (1876–1928), jurnalis dan linguis Selandia Baru. Ia dikabarkan bisa berbicara dalam lebih dari 58 bahasa.
30.  Harinath De (1877-1911), linguis dan cendekiawan India. Ia merupakan pustakawan India pertama di Perpustakaan Nasional India dan menguasai 34 bahasa India dan Eropa dan menyabet gelar S2-nya pada usia 14 tahun.

Tidak ada komentar: