Selasa, 21 Desember 2010

PEREMPUAN BERMATA SAYU

Nama selalu menyimpan segala peristiwa yang telah terjadi. Ketika mengingat nama seseorang kita akan mengingat juga semua peristiwa yang berhubungan dengan dirinya. Bukan hanya nama yang menyimpan segala peristiwa, pada kedua bola matapun segala peristiwa yang telah terjadi itu akan tersimpan. Mengenai bola mata yang menyimpan segala cerita ini, aku menemukannya pada salah seorang wanita yang pernah menekuni perputaran dan menganalisis abjad bersamaku. Tetapi pada masa yang berbeda.
Aku lebih tertarik untuk menceritakan tentang kedua bola matanya daripada menceritakan tentang namanya . Wanita ini memiliki kedua bola mata yang sangat menentramkan jika beradu pandang dengannya. Wanita yang tidak banyak tingkah dan hanya bermake-up seadanya. Pada mata sayunya ada pagi yang bergantungan.

Tentang wanita bermata sayu yang melangkah dengan kepastian, dalamnya tiada sendu yang ditemukan. Ketentraman jiwa yang terpancar melalui bola matanya itu sanggup untuk menjinakan abjad-abjad yang liar.

Aku sempat melupakan gadis bermata sayu ini sebab telah cukup lama bola mata sayu itu pergi bersama pemiliknya untuk mencari serpihan-serpihan kehidupan. Perjumpaan dengan wanita bermata sayu ini terjadi di dunia yang tak pernah dibayangkan oleh kaum peninggal. Dalam dunia ini Perempuan bermata sayu masih sama seperti dahulu(bola matanya). Dunia yang tercipta melalui perkawinan zaman dengan iklim ini mampu untuk menyingkapkan segala kebingungan dan keterbatasan seorang manusia. Melalui dunia ini aku menjalin komunikasi dengan gadis bermata sayu.

Dengan keteduhan yang terpancar dari bola mata sayunya dapat memberikan senyuman pada manusia yang sedang menuliskan lara di buku hariannya. Jika semua wanita memiliki mata sayu seperti dirinya maka keteduhan akan mampu untuk menghapus peluh di raga setiap manusia. Gadis bermata sayu yang berkata dengan menunjukan kedua bola mata sayunya. Perpaduan yang harmonis antara kedua bola mata dan mimiknya begitu memberikan pesona. Ini merupakan hal penting yang dapat dijadikan sampel untuk menilai kecantikan seseorang.

Gadis bermata sayu, jangan pernah berhenti untuk memadukan mimik dengan kedua bola mata sayu itu sebab padanya keharmonisan surga ditunjukan............

Kamis, 16 Desember 2010

Keajaiban Air Zam Zam

Setiap jamaah haji pasti mengenal air zam-zam. Air ini telah identik dengan Masjidil Haram atau bahkan Tanah Suci, karena air zam-zam disediakan secara melimpah bukan hanya di Masjidil Haram di Makkah, tetapi juga di Masjid Nabawi di Madinah dan berbagai tempat lain.



Air zam-zam seakan telah menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa oleh jamaah haji ketika pulang ke Tanah Air. Setelah selesai tawaf memang disunnahkan untuk meminum air zam-zam. Dulu letaknya di belakang Makam Ibrahim. Para jamaah harus masuk ke dalam sumur untuk mendapatkan air itu. Kini sumur itu telah ditutup untuk memperluas area tawaf. Sebagai gantinya, telah disediakan puluhan kran yang dengan itu mudah bagi setiap jamaah mendapatkan air istimewa itu.



Ada doa khusus dituntunkan ketika meminum air zam-zam. Air ini dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit. Karenanya, dalam doa meminum air zam-zam disebutkan permohonan kepada Allah akan kesembuhan atas setiap penyakit dan kesempitan.



Air zam-zam memang sungguh istimewa, bahkan boleh disebut air ajaib. Keajaibannya bukan isapan jempol belaka. Dari proses pembentukan atau genesanya saja hingga sekarang masih terus mengundang tanya. Seluruh teori hidrologi yang ada tidak mampu menjelaskan muasal air ini. Normalnya, air tanah itu berkumpul di lapisan yang disebut aquifer. Aquifer ini biasanya ada pada lapisan batuan yang disebut batuan endapan atau batuan sedimen, bukan di batuan beku (hasil pembekuan magma) atau batuan metamorf (alihan). Untuk diketahui, Kota Makkah, khususnya Masjidil Haram, berdiri di atas batuan beku, bukan batuan sedimen. Artinya, tidak mungkin di sana bakal dijumpai aquifer biasa yang memungkinkan didapat kandungan air tanah. Jadi, dari sini saja munculnya air zam-zam di tengah batuan beku sudah merupakan sebuah keanehan.



Jika dikatakan bahwa air zam-zam itu ada dalam aquifer yang berbentuk lenses (lensa) yang memang biasa dijumpai pada batuan beku, pertanyaannya, mengapa jumlahnya demikian besar? Biasanya aquifer yang bersifat lenses dalam wilayah yang dibentuk oleh batuan beku, dimensi dan volumenya kecil saja. Kalau dikatakan bahwa lensanya sangat besar sehingga volume airnya juga sangat besar, pertanyaannya lagi, mengapa air zam-zam tidak dijumpai di tempat lain; hanya di titik itu saja; di dekat Ka’bah. Jika benar aquifer lensanya sangat besar, mestinya di area di sekitar masjid, jika dibor, akan dijumpai juga air zam-zam. Ternyata tidak.



Kemudian soal sumber air. Biasanya air tanah merupakan hasil rembasan dari air permukaan. Untuk memungkinkan adanya air tanah diperlukan apa yang disebut catchment area (daerah tangkapan). Biasanya posisinya agak tinggi (perbukitan) yang membuat air permukaan kemudian masuk dan mengisi lapisan-lapisan batuan yang bisa menyimpan air. Dari teori ini saja, jelas bahwa air zam-zam pastilah bukan air tanah biasa karena tidak mungkin ia berasal dari rembasan air permukaan mengingat ia berada di daerah yang sepanjang waktu hampir tidak pernah ada hujan. Kalau begitu, ini air berasal dari mana?



Ada teori bahwa air zam-zam mungkin berasal dari air tanah purba atau air laut purba yang terjebak. Ini mungkin saja. Namun, sejauh pengamatan, tidak ditemukan sama sekali tanda-tanda geologis bahwa daerah itu dulunya adalah laut, yang salah satu tandanya adalah dijumpainya batuan gamping. Jika itu air tanah purba, dipertanyakan juga bagaimana itu bisa terjadi mengingat dari dulu hingga sekarang daerah Makkah adalah gurun yang tidak pernah dijumpai hujan. Jadi, air dari mana? Tidak terjawab juga.



Belum lagi kita berbicara soal jumlah atau volumenya. Dalam buku, Makkah al-Mukarramah Fadhâ’iluhâ wa Târîkhuhâ, (Makkah al-Mukarramah, Kelebihan dan Sejarahnya) yang ditulis oleh Abdul Basit bin Abdul Rahman disebutkan, bahwa sumur zam-zam sudah berumur hampir 5000 tahun, persisnya 4946 tahun, sejak Nabi Ibrahim hingga sekarang. Coba Anda hitung, berapa banyak air zam-zam sudah diambil sepanjang waktu itu? Andai rata-rata jumlah jamaah haji setiap tahunnya sekitar 2 juta orang dan masing-masing membawa pulang 5 liter (faktanya bahkan ada yang membawa 20 liter lebih) maka ada 10 juta liter yang diambil. Kemudian jika, katakanlah, jamaah haji rata-rata tinggal selama 25 hari di Tanah Suci dan setiap hari meminum 0,5 liter, maka totalnya sudah 35 juta liter diambil oleh jamaah tiap musim haji! Belum lagi air yang dikonsumsi oleh jamaah umrah yang hampir tidak pernah sepi sepanjang tahun. Namun, meski diambil terus-menerus dalam jumlah yang sangat besar, sejauh ini tidak sedikitpun terlihat ada tanda-tanda air zam-zam menyusut. Mengapa?



Dari penelitian didapat fakta yang sangat mengejutkan. Ternyata air yang keluar dari dasar sumur zam-zam yang luasnya sekitar 5×4 meter itu sama besarnya dengan air yang dipompa keluar. Inilah yang membuat permukaan sumur relatif stabil. Ini juga yang membuat air zam-zam, misalnya, lama tidak diambil, tidak pernah terdengar air itu membludak. Eloknya lagi, air itu memang benar-benar tidak pernah bisa terkontaminasi oleh air lain, termasuk air hujan. Menurut penduduk Makkah, pernah suatu ketika pelataran Kabah terendam air akibat hujan deras. Logikanya, ketika dulu sumur air zam-zam belum ditutup seperti sekarang ini, air hujan itu akan masuk ke dalam sumur dan mengotori air zam-zam. Namun, itu tidak terjadi. Mengapa? Ternyata tekanan air zam-zam itu sangat besar sehingga mampu mendorong genangan air hujan. Pernah dilakukan percobaan dengan pemompaan sebesar 8.000 liter/detik (bandingkan dengan debit sumber mataair terbesar di Indonesia yang ditemukan di daerah Klaten, Jawa Tengah, yang kira-kira hanya 200 liter/detik) terus-menerus selama 24 jam, air zam-zam, yang kedalaman sumurnya sekitar 30 meter dengan kedalaman air hanya 3.32 meter itu, surut hingga kedalaman 12,72 meter. Namun, hanya dalam waktu 11 menit, air zam-zam kembali lagi ke ketinggian 3,9 meter. Itu artinya, debit air zam-zam memang sangat besar, tetapi ia keluar hampir setara dengan air yang diambil. Hal inilah yang membuat air zam-zam tidak pernah kering, tetapi juga tidak lantas membludak.



Yang paling elok tentu saja adalah kualitasnya. Air zam-zam memiliki rasa yang khas dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Meski sudah ribuan tahun, tidak pernah dilaporkan adanya penurunan kualitas; tidak pernah juga diberitakan ada yang sakit setelah meminumnya, padahal air zam-zam langsung diminum begitu saja, tidak pernah dimasak lebih dulu.



Dari penelitian, diperoleh fakta bahwa air zam-zam mengandung fluorida yang memiliki daya efektif membunuh kuman, yang membuat air zam-zam seolah seperti sudah mengandung obat. Perbedaan air zam-zam dibandingkan dengan air sumur lain di Kota Makkah dan kota lain adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesiumnya. Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu yang menyebabkan air zam-zam menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan. Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil dan selalu sama sejak dulu hingga sekarang. “Rasanya” yang selalu terjaga itu diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun. Tidak pernah ada komplain atau pengaduan. Satu kehebatan lagi, sumur air zam-zam tidak pernah ditumbuhi lumut, padahal di seluruh dunia sumur di manapun selalu ditumbuhi lumut dan tumbuhan mikroorganisme.



Keajaiban air zam-zam tidak berhenti sampai di situ. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata ia memiliki bentuk kristal yang berbeda dengan air biasa. Yang paling ajaib, ternyata kristal air zam-zam bisa memberikan respon pada ucapan kita. Jika kita mengucap sesuatu yang bagus, dia akan membentuk kristal yang indah. Hal sebaliknya terjadi jika kita mengucapkan sesuatu yang buruk.



Di Universitas Malaya, pernah dilakukan percobaan. Ketika dibacakan kalimat tasbih dan tahlil, bentuk molekul air zam-zam berubah menjadi laksana intan dan berlian, berkilap-kilap indah sekali. Namun, begitu padanya diucapkan kata-kata yang buruk, seketika molekul air itu berubah bagaikan sel darah merah. Sangat buruk.



Itulah air zam-zam yang merupakan berkah dari Allah Swt. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadis Nabi saw., sebagaimana dituturkan Ibnu Abbas ra.: “Sebaik-baik air di muka bumi ialah air zam-zam. Air zam-zam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit.”



Diriwayatkan juga dalam Shahîh Muslim, Nabi saw. pernah bertanya kepada Abu Dzarr, yang telah tinggal selama 30 hari siang-malam di sekitar Ka’bah tanpa makan-minum, selain air zam-zam, “Siapa yang telah memberimu makan?”



“Saya tidak punya apa-apa kecuali air zam-zam ini. Namun, saya bisa gemuk dengan adanya gumpalan lemak di perutku,” Abu Dzarr menjelaskan.



“Saya juga tidak merasa lelah atau lemah karena lapar dan tak menjadi kurus,” tambah Abu Dzarr.



Lalu Nabi saw. menjelaskan: “Sesungguhnya zam-zam ini air yang sangat diberkahi; ia adalah makanan yang mengandung gizi.”



Nabi saw. Menambahkan, “Air zam-zam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang maka Allah mengenyangkanmu. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.” (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).

Rabu, 08 Desember 2010

Selamat Tahun Baru Islam (Hijriyah) 1 Muharram 1432 H

Selamat Tahun Baru Islam (Hijriyah) 1 Muharram 1432 H, yang jatuh pada tanggal 07 Desember 2010.
Walaupun Telat satu Hari Ngucapinnya heheheh
Semoga kita selalu memiliki semangat yang baru, inovasi
yang baru, pemikiran lebih fress dan orisinil serta aktual.


Sekilas Tahun Hijriah

Kalender Hijriyah atau Kalender Islam, adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Di kebanyakan negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Hijriyah menggunakan sistem kalender lunar (komariyah).

Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 – 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari)

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan :

1. Muharram
2. Safar
3. Rabiul awal
4. Rabiul akhir
5. Jumadil awal
6. Jumadil akhir
7. Rajab
8. Sya’ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah

Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
al-Ahad (Minggu)
al-Itsnayn (Senin)
ats-Tsalaatsa’ (Selasa)
al-Arba’aa / ar-Raabi’ (Rabu)
al-Khamiis (Kamis)
al-Jum’aat (Jum’at)
as-Sabt (Sabtu)

Sejarah

Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.

Sistem kalender pra-Islam di Arab

Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).

Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan “Tahun Gajah”, karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka’bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).

Revisi penanggalan

Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.

Penentuan Tahun 1 Kalender Islam

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.

Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558..