Jumat, 20 April 2012

SEJARAH SIDAYU

Kecamatan Sidayu hanyalah satu di antara 18 kecamatan di Kabupaten Gresik saat ini. Namun, kecamatan tersebut meninggalkan bukti-bukti sejarah kebesaran sebagai bekas sebuah Kadipaten.

Jejak sejarah Kabupaten Gresik tertapak jelas di bekas Kadipaten Sedayu yang kini menjadi Kecamatan Sidayu. Berbagai peninggalan masih membekas sebagai ikon sebuah kadipaten di zaman penjajahan Belanda. Ada pintu gerbang dan pendapa keraton. Ada pula masjid dan alun-alun, telaga dan sumur sebagai sumber air Sedayu. Bangunan tersebut termasuk sebuah situs yang kini seperti onggokan bangunan tidak bermakna.

Diperkirakan, situs itu berusia satu abad. Situs tersebut dibangun menjelang perpindahan Kadipaten Sedayu ke wilayah Kadipaten Jombang oleh penjajah Belanda pada sekitar 1910. Sejak berdiri pada 1675, Kadipaten Sedayu dipimpin oleh sedikitnya sepuluh adipati. Adipati yang paling dikenal adalah Kanjeng Sepuh Sedayu.

Meski hanya sebuah kecamatan, Sidayu memiliki alun-alun yang cukup luas dan bangunan-bangunan tua yang cukup megah. Itu merupakan pertanda bahwa Sedayu, atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Kecamatan Sidayu, dulu merupakan kota tua yang pernah jaya.

Sebelum akhirnya menjadi bagian yang terintegrasi dengan Kabupaten Gresik, Sedayu merupakan wilayah kadipaten tersendiri pada masa pemerintahan Mataram. Istimewanya, Kadipaten Sedayu saat itu mempunyai koneksitas kewilayahan secara langsung di bawah kekuasaan Raja Mataram Prabu Amangkurat I dengan adipati pertama bernama Raden Kromo Widjodjo.

Namun, sejarah Kadipaten Sedayu mencatat nama harum adipati ke-8, yaitu Kanjeng Sepuh Sedayu. Kanjeng Sepuh dianggap sebagai aulia dan pemimpin besar Kadipaten Sedayu yang layak mendapatkan penghormatan.

Kiprahnya yang kritis terhadap kekuasaan dan kooptasi Belanda atau kerajaan lain waktu itu dikenang cukup positif. Di mata warga Sedayu maupun keturunannya, hingga kini nama Kanjeng Sepuh tetap harum sebagai pemimpin yang berpihak kepada rakyat selama memerintah Sedayu pada 1816-1855.

Untuk memperingati kebesaran Kanjeng Sepuh Sedayu sebagai adipati maupun ulama, masyarakat setempat setiap tahun mengadakan haul dan istighotsah akbar di Masjid Kanjeng Sepuh Sedayu. Acara berlangsung meriah. Prosesi itu menjadi tradisi masyarakat untuk mengenang jasa adipati yang bergelar lengkap Kayi Panembahan Haryo Soeryo Diningrat, yang wafat pada 1856.

Catatan (alm) K. Ridwad Ahmad dari Djawatan Penerangan RI Kecamatan Sidayu tanggal 25 Februari 1957 menyebut, Kanjeng Sepuh Sedayu seorang ahli strategi. Banyak jasa Kanjeng Sepuh untuk menenteramkan rakyatnya sekaligus melindungi mereka dari berbagai teror selama masa penjajahan, (Gus Amrullah, tokoh muda Sedayu yang masih keturunan ke-5 Kanjeng Sepuh).

Keberanian Kanjeng Sepuh menantang kebijakan Belanda tentang pajak juga menjadi catatan. Adipati dengan berani mengusulkan memberi nama sebuah pasar di Surabaya dengan nama Kabean, yang berarti untuk semua, dalam sebuah rapat dengan pemerintah Belanda waktu itu. Maksudnya, beliau menolak diskriminasi dan kenaikan pajak yang dikehendaki Belanda. Sebab, waktu itu Belanda punya iktikad untuk membeda-bedakan pedagang dengan maksud menaikkan pajak. Pasar tersebut saat ini dikenal dengan nama Pasar Pabean.

Beliau juga dekat dengan rakyat. Diam-diam, di malam hari, beliau berkeliling ke seluruh wilayah kadipaten, yang meliputi Sedayu, Lamongan, Babat, hingga Jombang, untuk melihat keseharian dan problem masyarakatnya. Itu seperti yang dilakukan Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Khattab. (Gus Amrullah dan H. A. Khoiruzzaman/Ketua Remaja Masjid Kanjeng Sepuh Sedayu).

Berbagai peninggalan sejarah Sedayu telah mendapatkan perhatian Dinas Purbakala Trowulan. Namun, yang terawat baru kompleks masjid dan makam. Sisa bangunan lain berupa situs. Status pertanahan sisa-sisa sejarah itu kini belum tersentuh. Salah satunya, reruntuhan asli bekas bangunan masjid di Desa Mriyunan, Sumur Dhahar di Desa Golokan, dan Telaga Rambit di Desa Purwodadi yang nampak tidak terawat.

Puing reruntuhan bangunan masjid tersebut kini terletak di dalam kompleks SMPN Negeri I dan III Sidayu. Kondisinya memprihatinkan. Sama sekali tidak ampak ada upaya pemeliharaan dari Pemkab Gresik. Sekadar identitas bangunan bersejarah pun tidak ada. Bahkan, sebagian bekas puing bisa ditemukan di kandang ayam.

Belum lagi kondisi Sumur Dhahar yang kini menjadi tempat pembuangan sampah. Tidak terdapat museum atau bau harum ketika kita berkunjung ke sana, namun bukitan sampah yang kotor dan berbau menyengat.

Tetapi terlepas dari semua itu, Sedayu yang kini menghadapi perkembangan modernitas masyarakat, ia bisa tetap eksis sebagai salah satu kecamatan yang cukup berkembang di wilayah Gresik utara. Bukanlah sesuatu yang istimewa, jika Sedayu saat ini bisa menjadi pusat peradaban masyarakat pesisir yang begitu berkembang, baik di wilayah Gresik (Sedayu dan sekitarnya; Bungah, Dukun, Ujung Pangkah, dan Panceng), maupun wilayah Lamongan (Paciran, Brondong, Solokuro, Babat). Karena Sedayu sudah pernah mengalami masa kejayaan di masa lalu.

Dengan bukti adanya ratusan Pondokan Cilik (pesantren anak-anak) yang tersebar di seantero Kota Sedayu, kota ini juga mampu mempertahankan sebutan kota santri yang telah melekat dan menjadi ikon Kabupaten Gresik. Karena secara kultural, kehidupan masyarakat Sedayu adalah kehidupan yang sangat islami, baik dalam bidang sosial-masyarakat, politik, hukum, dan ekonomi.
[sunting] Letak Geografis

Dengan luas wilayah 47,13 Km2. Terdiri dari tanah sawah 1,069,610 Ha, pekarangan/ halaman 171,020 Ha, tegal/ kebun 1,153,720 Ha, tambak 1,439,310 Ha, dan lainya 879,740 Ha. Ketinggian daerah kurang lebih sekitar 7 meter diatas permukaan air laut. Kecamatan Sidayu berbatasan langsung dengan Kecamatan Ujung Pangkah di sebelah utara. Kecamatan Bungah di sebelah selatan. Kecamatan Dukun dan Kecamatan Panceng di sebelah barat. Serta dengan Selat Madura di sebelah timur. Ibukota Kecamatan Sidayu ditetapkan di beberapa desa yang masuk kawasan ibu kota kecamatan, yaitu desa Kauman, Pengulu, Mriyunan, Asempapak, Raci Tengah, Bunderan, Purwodadi, Sedagaran, Sidomulyo, dan Randuboto.
[sunting] Perekonomian

Sidayu dikenal sebagai salah satu daerah kawasan Pondok Pesantren di Kabupaten Gresik. Beberapa pesantren di Sidayu antara lain Pondok Pesantren Mambaul Hisan, Pondok Pesantren Qiyaumul Manar, al-Furqon, dan al-Bayyinah. Juga terdapat pesantren-pesantren kecil, hampir di banyak rumah masyarakat Sidayu. Dengan demikian perekonomian masyarakat Sidayu banyak ditopang oleh sektor ekonomi perdagangan barang dan jasa.

Walet adalah satu hasil utama Sidayu. Sidayu juga merupakan penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut maupun tambak. Selain itu perekonomian masyarakat Sidayu juga banyak ditopang dari sektor wiraswasta. Salah satunya yaitu Industri Garment (konveksi) dan Pembuatan Pupuk Dolomite di Desa Wadeng.
[sunting] Pendidikan

Sidayu sejak dulu dikenal sebagai pusat pendidikan, berbagai lembaga pendidikan ada di sidayu, dan yang unik adalah kebanyakan pelajarnya justru datang dari luar sidayu guna untuk menuntut ilmu di sidayu.
[sunting] Perguruan Tinggi

* STIT Raden Santri

[sunting] Lembaga Pendidikan

* Taman Pendidikan Nurul Huda (TPNH) Desa Wadeng Sidayu. Menyelenggarakan pendidikan TK, PAUD,TPQ, MI, MTs, dan MA.
* Perguruan Muhammadiyah. Menyelenggaran pendidikan TK, TPA, MI, SD, SDLB, SMP, SMPLB, MTs, MA, dan SMU.
* Taman Pendidikan Kanjeng Sepuh (TPKS). Menyelenggarakan pendidikan TK, TPA, MI, SD, MTs, MA, dan SMU.
* Yayasan Pendidikan Islamiyah (YPI). Menyelenggarakan pendidikan TK, TPA, dan MI.

* Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) hampir terdapat disetiap desa di Sidayu.
* Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP Negeri) terdiri dari SMPN 1 di Mriyunan, SMPN 2 di Wadeng, SMPN 3 di Mriyunan dan SMPN 4 di Lasem.
* Sekolah Menengah Atas Negeri I Sidayu (SMU Negeri 1 Sidayu) di Ngawen.
* Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK Negeri 1 Sidayu) di Wadeng.
* Dan Lembaga Lembaga Swasta Lainnya.

[sunting] Pesantren

* Yayasan Pondok Pesantren Mambaul Hisan (PPMH). Menyelenggarakan pendidikan TK/TPA, MI, MTs, MA, dan Madrasah Diniyyah dengan sistem Boarding School.
* Yayasan Pondok Pesantren Qiyaumul Manar. Menyelanggarakan pendidikan Hifdzul Qur'an dan Madrasah Diniyyah di Sidomulyo.
* Yayasan Ma'had al-Bayyinah. Menyelanggarakan pendidikan Madrasah Diniyyah di Sedagaran.
* Yayasan Ma'had al-Furqon. Menyelanggarakan pendidikan MI dan Madrasah Diniyyah di Srowo.
* Yayasan Ma'had Muhammadiyah Al Hikmah di jl.KH Munawwar Pengulu Sidayu
* Pondok Pesantren Ta'lim & Tahfidh Al-Qur'an "AL-MUNAWWAR" Jl. K.H. Munawwar 12 Kauman, Sidayu, Gresik 61153

[sunting] Lembaga Kursus

* Kanjeng Sepuh Computer.
* Suryodiningrat Institute.
* Primagama
* Gama
* Icon

[sunting] Penduduk

Jumlah penduduk sidayu perTahun 2010 adalah 37.871 orang dengan perbandingan laki-laki 18.832 dan perempuan 19.039. Yang menjadikan penduduk Sidayu merupakan yang terkecil kedua di Kabupaten Gresik setelah Kecamatan Tambak di pulau Bawean. Sidayu masa lampau adalah sebuah kadipaten, sebagai salah satu tempat pusat penyebaran islam serta tempat perdagangan sekaligus pelabuhan yang merupakan tempat berkumpulnya suku bangsa yang ada di nusantara juga etnis dari warga penjajah belanda, warga penyebar islam arab, serta warga pedagang tionghoa, hal ini dapat dilihat dari bekas jejak pecinan serta makam cina yang ada di sidayu. Dan hal ini memungkinkan adanya percampuran ras antara berbagai macam etnis pada masa lampau di Sidayu.
[sunting] Suku Bangsa

Suku Jawa adalah suku bangsa mayoritas di Sidayu. Dalam akhir dekade ini banyak juga warga pendatang dari wilayah lain yang tinggal di Sidayu.

Sebagai pusat pendidikan di Gresik Utara, Sidayu juga menjadi tempat tinggal para santri dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia. Karena Sidayu memiliki beberapa ma'had yang menjadi rujukan
[sunting] Agama

Agama Islam adalah agama mayoritas penduduk Sidayu. Sidayu merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam awal di tanah Jawa.

Agama Islam dapat dikatakan sebagai agama tunggal di Sidayu, mengingat hampir seratus persen penduduknya memeluk Agama Islam. Dan kebanyakan dari mereka berafiliasi pada organisasi sosial-keagamaan mayoritas seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama serta minoritas seperti LDII dan lain lain.
[sunting] Bahasa

Sidayu memiliki dialek khas Gresik Utara yang hampir mirip dengan Bahasa Jawa Surabaya yang dikenal dengan Boso Suroboyoa meskipun sejatinya memiliki perbedaan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, termasuk Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Serta memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dan juga mengenal ragam tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa standar pada umumnya, meskipun ada banyak juga yang pandai dalam menggunakan unggah ungguh bahasa.
[sunting] Kuliner

Makanan khas Sidayu adalah Sego Rawon, Sego Jagung Lodeh Ikan Asin, Sego Bebek,Tempe Penyet, Sego Bali Bandeng, Otak-otak Bandeng dan Kelo Bandeng. Selain itu ada pula cemilan khas sidayu yakni Bonggolan (sejenis Cireng di Jawa Barat), yang terbuat dari tepung dan ikan serta ada pula Gimbal atau disebut juga (dadar jagung) untuk daerah lain..
[sunting] Pariwisata

Sejumlah pariwisata andalan di Sidayu adalah:

* Wisata Religi Makam Kanjeng Sepuh di desa Kauman.
* Makam Ki Joko Bodo di makam islam ceret desa srowo,
* Wisata Bahari Bengawan Solo di desa Randuboto.
* Wisata Sejarah Telaga Rambit di desa Purwodadi.
* Situs Peninggalan Masjid Sidayu di desa Mriyunan.
* Sumur Dhahar di desa Golokan.
* Wisata Belanja di Pasar Pahing yang menjual beraneka ragam hasil laut dan tambak,
* Dua TPI nelayan SROWO, dua TPI nelayan TANJUNG SARI, Randuboto
* Alun-Alun yang luas terbagi empat area