Rabu, 13 November 2013

Mungkinkah Akibat Topan Haiyan Bisa Terjadi Perubahan Iklim?



Topan Haiyan menerjang wilayah Filipina pada Jumat (8/11/2013) dengan kecepatan mencapai 275 km/jam. Topan menewaskan setidaknya 10.000 orang dan kekuatannya disandingkan dengan tsunami Aceh pada tahun 2004.

Akhir-akhir ini, banyak pakar menyatakan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim meningkatkan intensitas badai. Namun, apakah benar bahwa topan Haiyan terkait dengan perubahan iklim?

The Guardian, Senin (11/11/2013), memberitakan, karena topan Haiyan baru saja terjadi, sulit untuk menyatakan kaitannya dengan perubahan iklim. Namun, ada beberapa alasan yang mendukung kaitan antara keduanya.

Pada dasarnya, perubahan iklim memang memengaruhi badai. "Kita tahu bahwa permukaan air laut memanas di planet kita, jadi itu menunjukkan dampak langsung perubahan iklim pada karakter badai," kata Will Steffen, peneliti iklim dari Australia National University.

Salah satu yang memengaruhi intensitas badai adalah perbedaan temperatur antara permukaan laut dan bagian inti badai. Perubahan iklim dikatakan memperbesar perbedaan itu sehingga memperkuat badai.

Beberapa penelitian telah menyatakan kaitan langsung perubahan iklim dengan badai atau siklon yang lebih kuat.

"Konsensus saat ini adalah perubahan iklim tidak membuat risiko akibat topan makin besar, tetapi ada argumen dan bukti bahwa ada risiko ancaman topan yang lebih kuat," ungkap Myles Allen dari University of Oxford.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada tahun 2010 menyatakan, pemanasan global dan perubahan iklim akan meningkatkan intensitas badai sementara jumlah badai akan berkurang. Artinya, lebih sedikit badai, tetapi lebih berbahaya. Hujan di wilayah bawah pusat badai juga diprediksi meningkat 20 persen.

Studi tahun 2013 oleh Kerry Emmanual dari MIT menyatakan, siklon dengan kategori 3 hingga 5 akan meningkat, demikian juga dengan siklon yang lebih kecil. Peningkatan siklon tropis akan terjadi di wilayah Pasifik Utara, seperti wilayah Filipina yang dihantam Haiyan.

Tahun 2011, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan, rata-rata kecepatan angin pada badai akan meningkat. Namun, sulit untuk mengungkapkan hubungan langsung antara badai dan perubahan iklim.

Dengan dampak perubahan iklim pada badai, lebih banyak manusia terancam oleh badai. Bukan cuma badai, perubahan iklim juga meningkatkan risiko banjir.

Di COP-19 di Warsawa, Senin kemarin, tragedi topan Haiyan memicu drama sekaligus desakan untuk serius menangani isu perubahan iklim.

Yeb Sano, delegasi dari Filipina, mengatakan dengan tegas bahwa topan Haiyan terkait dengan iklim.

Ia mengatakan, "Sebagai solidaritas saya bagi rekan senegara saya yang tengah berjuang kembali mendapatkan makanan, saya akan dengan sukarela berpuasa, artinya saya akan menahan untuk tidak makan selama COP ini, sampai pertemuan ini membuahkan hasil berarti," katanya.

"Apa yang negara saya alami sebagai hasil dari fenomena iklim ekstrem adalah kegilaan, krisis iklim adalah kegilaan. Kita bisa menghentikan kegilaan itu di Warsawa," ungkap Sano, Senin.

Pidato Sano memicu tangis delegasi lain. Delegasi China meminta waktu untuk mengheningkan cipta guna berprihatin atas apa yang terjadi di Filipina.

Kamis, 05 September 2013

Belajar Bahasa Perancis (Dasar)

Bahasa Perancis: Subjek Dalam Bahasa Perancis
Mari belajar bahasa perancis. dalam kesempatan kali ini, kita bahas tentang Subjek pada bahasa perancis. Dalam b.perancis ada beberapa subjek, yaitu : Je, tu, vous, il, elle, dan nous.
Je artinya saya
Tu artinya kamu (informal)
Vous artinya anda (formal), kalian
Nous artinya kita
il artinya dia (laki2)
elle artinya dia (perempuan).
ils artinya mereka laki-laki banyak
elles artinya mereka perempuan banyak.
contoh :
je t’aime : Saya mencintaimu
Tu m’aimes : Kamu mencintaiku
Il t’aime : Dia (he) mencintaimu
elle t’aime : Dia (She) mencintaimu
Bahasa Perancis: Perkenalan Dalam Bahasa Perancis
Berikut adalah kata-kata dasar untuk berkenalan dalam bahasa prancis.
Mari belajar bahasa prancis!!
Bonjour, je m’appelle Lycans.
Hai, Nama saya Lycans.
Enchanté.
Senang berkenalan dengan Anda
Comment ça va?
Apa kabar?
Je vais bien, merci. Et vous?
Saya baik-baik saja, terimakasih. Kalo kamu?
Très bien, merci.
Baik-baik saja, terimakasih.
Au revoir.
Sampai jumpa.
Bahasa Perancis: Menyapa Dengan Bahasa Perancis
Bonjour
Tidak seperti yang orang perkirakan, kata bonjour dalam bahasa perancis memiliki penggunaan yang agak rumit.
Kata bonjour sendiri literally berasal dari 2 kata yaitu bon = good, dan jour = day. Jadi dalam bahasa Inggris *sekali lagi, literally* bonjour berarti good day.
Lalu apakah itu berarti bonjour dalam bahasa indonesia berarti “selamat siang”?
well, secara harfiah jawabannya iya. Tapi penggunaan bonjour di Perancis tidak hanya pada siang hari. Orang perancis menyapa dengan menggunakan sapaan “bonjour” dari pagi hari sampai sore hari (sampai tenggelam mata hari).
Jadi kata “bonjour” dalam bahasa Indonesia bisa berarti: Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Petang atau Selamat Sore.
Lalu bagaimana dengan bon matin ? Walaupun secara harfiah bon matin berarti Selamat Pagi, tapi orang perancis native tidak pernah menggunakannya.
Salut
Kata Salut digunakan untuk menyapa seseorang yang sudah familiar atau sudah akrab. Bisa digunakan kapan saja.
Salut kalau dalam bahasa Indonesia mungkin berarti: Hai, Halo.
Allo
Allo hanya digunakan ketika mengangkat telepon.
Jadi saat mengangkat telepon orang perancis bilang: Allo.
Bukan bonjour atau bonsoir
Bonsoir
Bonsoir berarti Selamat Malam. Digunakan sejak mulai gelap (sehabis petang).
Bahasa Perancis: Kata Sandang Dalam B. Perancis – Articles français
Dalam bahasa Perancis dikenal tiga jenis kata sandang, yaitu:
1. Definite Article (Articles définis)
2. Indefinite Article (Articles indéfinis)
3. Partitive Article (Articles partitifs)
Articles définis
Definite article dalam bahasa perancis memiliki arti ‘the’ dalam bahasa inggris. Bedanya, dalam bahasa perancis, kata sandang ini berubah tergantung kata benda di depannya, yaitu tergantung tunggal atau jamaknya benda serta gender dari benda tersebut, juga huruf depan kata benda itu.
Seperti dalam bahasa Inggris, penggunaan definite article dalam bahasa Perancis ini ialah untuk kata benda spesifik yang diketahui oleh pembicara dan pendengarnya (definite).
Ada empat jenis kata sandang pasti (Articles définis) dalam bahasa perancis, yaitu :
1. le untuk masculine tunggal
2. la untuk feminine tunggal
3. l’ untuk masculine dan feminine yang dimulai huruf vokal atau h muet.
4. les untuk masculine dan feminine jamak.
Contoh penggunaan untuk le :
Le livre artinya buku.
Contoh penggunaan untuk la :
La banque artinya bank.
Contoh penggunaan untuk l’ :
L’homme artinya laki-laki.
L’enfant artinya anak
Contoh penggunaan untuk les :
Les livres artinya buku-buku.
Ada sedikit perbedaan dengan penggunaan definite article dalam bahasa Inggris (the), dalam bahasa Perancis articles définis ini juga digunakan untuk kata benda jamak dengan interpretasi umum dan benda-benda abstrak. Contoh:
J’aime la glace. (perhatikan article la disana). Dalam bahasa inggris, artinya I like ice cream (saya menyukai es krim).
Perhatikan, tidak ada kata ‘the’ disana.
Contoh lain : C’est la vie ! artinya dalam bahasa Inggris That’s life (itulah hidup).
J’aime le lait. (I like milk)
J’aime les romans. (I like novels)
Le capitalisme a transformé ce pays. (Capitalism has transformed this country)
Articles indéfinis
Articles indéfinis digunakan untuk menunjuk kata benda yang tidak spesifik atau untuk benda yang spesifik akan tetapi tidak diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicaranya. Bisa diterjemahkan sebagai ‘sebuah’ atau ‘beberapa’.
Articles indéfinis yaitu :
1. Un untuk masculine tunggal
2. Une untuk feminine tunggal
3. Des untuk masculine atau feminine jamak.
Contoh :
a. J’ai cassé une chaise rouge (saya telah menghancurkan sebuah kursi berwarna merah)
b. Il y a des livres là-bas (ada beberapa buku di sebelah sana)
Tambahan :
1. Indefinite articles menjadi de (atau d’ apabila dihadapannya huruf vokal atau h muet) setelah kata kerja negatif selain être.
Contoh : je n’ai pas de roman. (saya tidak memiliki novel (satupun))
2. Bentuk plural des biasanya menjadi de atau d’ jika kata benda tersebut didahului kata sifat.
Contoh : De nombreux livres (banyak buku-buku).
D’autre livres (buku-buku yang lain).
Articles partitifs
Selanjutnya  kita akan membahas mengenai Partitive Article (Articles partitifs). Kata sandang ini bisa diartikan sebagai ‘some’ dalam bahasa Inggris atau ‘beberapa’ dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi kadang-kadang juga tidak diartikan. Jenis kata sandang ini ada empat, yaitu :
1. Du untuk masculine tunggal
2. De la untuk feminine tunggal
3. De l’ untuk masculine atau feminine yang diawali huruf vokal atau h muet
4. Des untuk masculine atau feminine jamak.
Kata sandang partitif ini digunakan untuk menunjukkan sebagian (tetapi tidak diketahui sebagian itu berapa banyak) dari benda yang tidak dapat dihitung (uncountable noun), atau jumlah yang tidak diketahui dari benda yang dapat dihitung.
Contoh penggunaan :
1. J’ai du café (I have some cofee) (Saya memiliki kopi)
2. Avez-vous bu de thé?
(Did you drink some tea?) (Apakah kamu sudah meminum teh?)
3. J’ai mangé de la salade hier (I ate salad yesterday) (Saya telah makan salad kemarin)
Tambahan :
1. Seperti halnya Indefinite articles, Partitive articles menjadi de (atau d’ apabila dihadapannya huruf vokal atau h muet) setelah kata kerja negatif selain être.
2. Setelah keterangan kuantitatif, gunakan de.
Contoh :
1. Je n’ai pas mangé de soupe. (Saya belum makan sup)
2. Il y a beaucoup de thé. (ada banyak teh)

Bahasa Perancis: Kata Sambung Koordinasi
Kata sambung koordinasi (Conjungtions de Coordination) menyambungkan kata-kata dan kelompok-kelompok kata yang setara, yaitu yang memiliki nilai atau fungsi yang sama dalam kalimat.
Jenis-jenis kata sambung koordinasi :
• car = karena
• donc = jadi
• ensuite = selanjutnya
• et = dan
• mais = tetapi
• ou = atau
• puis = lalu, kemudian
contoh:
1. j’aime les pommes, les bananes, et les oranges.
(saya menyukai apel, pisang dan jeruk) – baik pommes, bananes, maupun oranges merupakan kata benda (buah-buahan).
2. Veux-tu aller en France ou en Italie?
(kamu mau pergi ke Perancis atau ke Italia?) – Perancis dan Italia merupakan kata benda.
3. Ce n’est pas carré mais rectangulaire.
(itu bukan persegi tetapi persegi panjang) – Keduanya merupakan kata sifat
4. Je veux le faire, mais je n’ai pas d’argent.
(saya ingin melakukannya, tapi saya tidak punya uang). – Menghubungkan kalimat yang setara
5. Fais te devoirs, puis lave la vaisselle.
(kerjakan Prmu, lalu cuci piring).

beberapa kata sambung dalam bahasa perancis bisa diulang-ulang. Fungsinya adalah untuk memberikan suatu penekanan tertentu.
et… et baik.. maupun
ne… ni… ni bukan… ataupun
ou… ou baik… atau
soit… soit baik… atau
contoh kalimat:
Je connais et Jean-Paul et son frère.
saya kenal baik Jean-Paul maupun saudara laki-lakinya.
Tu peux ou regarder la télé ou jouer au foot.
Kamu bisa menonton tv atau bermain bola
Soit avant, soit après, ça m’est égal.
Baik sebelum ataupun sesudah, saya tidak peduli.
Il ne mange ni la viande ni les légumes.
Dia tidak makan daging ataupun sayuran
Bahasa Perancis: Membentuk Kalimat Dalam Bahasa Perancis
Sebuah kalimat (une phrase) merupakan sekelompok kata yang minimal terdiri atas sebuah subjek dan sebuah kata kerja dan tentunya bisa berisi jga bagian-bagian lain dari sebuah kalimat.
Bagian-Bagian dari Suatu Kalimat
kalimat dapat dibagi menjadi sebuah subjek (un sujet), yang bisa dinyatakan atau tersirat, daan sebuah predikat (un prédicat). Subjek berupa orang atau benda yang melakukan suatu hal, dan predikat merupakan sisa dari kalimat itu yang biasanya dimulai dengan kata kerja:
Je suis professeur – Saya adalah seorang guru
Subjek: je – Saya/aku
Predikat: suis professeur – adalah seorang guru
Paul et moi aimons la France – Paul dan aku suka Perancis
Subjek: Paul et moi – Paul dan I
Predikat: aimons la France – love France
La jeune fille est mignonne – Gadis muda itu manis
Subject: la jeune fille – gadis muda itu
Predicate: est mignonne – manis
Tipe-Tipe Kalimat
Ada empat tipe kalimat: pernyataan, penegasan, pertanyaan, dan perintah.
1) Pernyataan- Phrase assertive atau Phrase déclarative
Pernyataan, adalah tipe kalimat yang paling umum, digunakan untuk menyatakan sesuatu:
Aku pergi ke bank – Je vais à la banque
Aku lelah – Je suis fatigué
Aku akan menolongmu – Je vous aiderai
Aku harap kamu akan ada di sana – J’espère que tu seras là
Ada dua subkategori untuk pernyataan: pernyataan persetujuan (positif)  les phrases (déclaratives) affirmatives, seperti diatas,  dan pernyataan negatif – les phrases (déclaratives) négatives:
Aku tidak pergi – Je n’y vais pas
Aku tidak lelah – Je ne suis pas fatigué
Aku tidak ingin menolongmu – Je ne veux pas vous aider
Dia tidak akan ada di sana – Il ne sera pas là
2) Penegasan – Phrase exclamative
Kalimat penegasan ini mengekspresikan sebuah reaksi yang kuat seperti rasa terkejut atau rasa marah. Kalimat ini mirip seperti kalimatExclamatives express a strong reactio pernyataan hanya ada tanda seru di akhirnya. Karena alasan itu seringkali kalimat ini dinyatakan sebagai subkategori dari kalimat pernyataan, bukan kategori terpisah:
Aku ingin pergi! – Je veux y aller !
Kuharap begitu! – J’espère que oui !
Dia sangat tampan! – Il est très beau !
Itu ide yang bagus! – C’est une bonne idée !
3) Pertanyaan – Phrase interrogative
Pertanyaan, seperti namanya digunakan untuk menanyakan sesuatu:
Apa kamu punya bukuku? – As-tu mon livre ?
Apakah mereka siap? – Sont-ils prêts ?
Dimana dia? – Où est-il ?
Bisakah kau tolong kami? – Peux-tu nous aider ?
4) Perintah – Phrase impérative
Kalimat perintah merupakan satu-satunya kalimat dengan subjek yang tidak secara langsung dituliskan, tetapi subjeknya tersirat dari konjugasi kata kerjanya:
Pergilah! – Va t’en !
Baik-baik – Sois sage
Cuci piring – Faites la vaisselle
Bantuk kami menemukannya – Aidez-nous à le trouver*
*à dan le tidak berubah menjadi au dalam kalimat ini karena le merupakan sebuah objek, bukan kata sandang.
Bahasa Perancis: Membuat Kalimat Negatif
La négation (Bentuk Negatif)

Membuat kalimat negatif dalam bahasa prancis bisa dibilang cukup rumit, terutama soal keterangannya yang dua ‘biji’ dan penempatannya yang kadang membingungkan. Kali ini kita akan membahas tentang keterangan negatif ne…pas, yang umumnya memang paling pertama dipelajari. Sebenarnya banyak kata keterangan negatif lainnya, tapi ne…pas merupakan dasarnya, sehingga jika kita sudah mempelajari keterangan ini, maka kita bisa membuat kalimat negatif yang lainnya.
Untuk membuat kalimat atau suatu pertanyaan negatif, cukup tempatkan ne di depan kata kerja dan pas (atau kata keterangan negatif lainnya) sesudah kata kerja tersebut. Oya, ne…pas kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti ‘tidak’.
Contoh penggunaan:
1)  Je suis riche (saya kaya) –> Je ne suis pas riche (saya tidak kaya).
Je : saya
Suis : bentuk étre untuk subjek Je.
(kata kerja)
Riche : kaya (kata sifat).

2) êtes-vous fatigué? (Apakah anda lelah?) – N’êtes-vous pas fatigué? (Apakah anda tidak lelah?)
Vous : anda (kata ganti orang)
Êtes : étre untuk subjek vous. (kata kerja)
Fatigué : lelah (kata sifat).
Untuk compound verbs dan bentuk dual-verb, maka keterangan negatif mengapit kata kerja yang dikonjugasikan. Kecuali untuk keterangan negatif ne…nulle part yang mengikuti kata kerja utama.
Contoh :
1) Je n’ai pas étudié : Saya tidak belajar (bentuk past tense)
Je : saya
Ai : avoir untuk je (kata kerja)
Étudié : bentuk past dari étudier, belajar (kata kerja)
2) Je ne peux pas y aller : Saya tidak bisa pergi
Je: saya
Peux : bisa
Aller : pergi (verb)
3) Tu n’avais pas parlé? : kamu belum ngomong juga?
Tu : kamu
Avais : bentuk past dari avoir untuk tu
Parlé : bentuk past dari parler, bicara (verba)

Dalam bahasa Perancis nonformal, ne sering dihilangkan.
Contoh: Je ne sais pas > Je sais pas. (Aku tidak tahu)
Bahasa Perancis: Mengenal Kata Kerja Aller dan Konjugasinya
Aller merupakan salah satu kata kerja penting dalam bahasa perancis dan sering digunakan. Aller dalam bahasa indonesia berarti ‘pergi’.
Ini adalah konjugasi dari kata kerja Aller bentuk present (présent de l’indicatif):
Je vais (saya pergi)
Tu vas (kamu pergi)
Il/elle va (dia pergi)
Nous allons (Kita pergi)
Vous allez (anda pergi/kalian pergi)
Ils/elles vont (mereka pergi)

Contoh penggunaan :
  1. Ils vont au cinéma (Mereka pergi ke bioskop)
  2. Je vais à la piscine (Saya pergi ke kolam renang)
  3. Nous n’allons pas au Zoo (Kami tidak pergi ke kebun binatang)
  4. Elle va au resturant (Dia pergi ke restoran)
  5. Ils vont sur la Lune ! (mereka pergi ke bulan)
  6. Je vais aux Champs-Élysées (saya pergi ke Champs-Élysées)
  7. Nous allons au cinéma! (Ayo kita pergi ke bioskop!)
Catatan : Dalam bahasa Perancis, bentuk present bisa berarti SEDANG dilakukan. Jadi kalimat je vais à la piscine bisa diartikan saya sedang pergi ke kolam renang.
Konjugasi bentuk future/yang akan datang :
j’ irai (Saya akan pergi)
tu iras (Kamu akan pergi)
il/elle ira (Dia akan pergi)
nous irons (kita/Kami akan pergi)
vous irez (Kamu/kalian akan pergi)
ils/elles iront (Mereka akan pergi)
Konjugasi bentuk Imperfect :
j’ allais
tu allais
il allait
ns allions
vs alliez
ils allaient
Konjugasi bentuk Past Simple :
j’ allai
tu allas
il alla
ns allâmes
vs allâtes
ils allèrent
konjugasi bentuk Present Subjunctive :
que j’aille
que tu ailles
qu’il aille
que nous allions
que vous alliez
qu’ils aillent
Konjugasi bentuk Imperfect subjunctive :
Que je allasse
que tu allasses
qu’ il allât
que nous allassions
que vous allassiez
qu’ ils allassent
Bahasa Perancis: Il y a – Arti dan Penjelasannya
Ekspresi: il y a
Pengucapan: [ii lya]
Arti: Ada
Penjelasan:
Ekspresi il y a dalam Bahasa Perancis yang berarti “ada”, merupakan salah satu ekpresi yang paling penting dalam Bahasa Perancis. Biasanya kalimat il y a diikuti dengan Articles indéfinis + kata benda, angka + kata benda, atau  kata ganti tak tentu.
Contoh:
Il y a des enfants là-bas.
Ada beberapa anak di sebelah sana
Il y a un chat dans la voiture.
Ada kucing di dalam mobil
Il y a deux choses à faire.
Ada dua hal untuk dikerjakan
Il y a quelqu’un à la porte.
Ada seseorang di depan pintu
Il y a bisa juga diikuti oleh periode waktu untuk menyatakan “lalu/silam/yang lalu”
contoh:
J’ai vu le film il y a trois semaines.
Saya menonton film itu tiga minggu lalu
Il y a 2 ans que nous sommes partis.
Kami pergi dua tahun yang lalu
Untuk membuat kalimat tanya, kita bisa menggunakan est-ce que atau pembalikan.
contoh:
Est-ce qu’il y a un chat ?
Apakah ada kucing?
Est-ce qu’il y a des enfants ?
Apakah disana ada anak-anak?
Untuk pembalikan, letakkan y terlebih dahulu, kemudian balikan il dan a lalu tempatkan -t- diantara keduanya (lihat contoh).
Y a-t-il un chat ?
Apakah ada kucing?
Y a-t-il des enfants ?
Apakah disana ada anak-anak?
Perhatikan bahwa baik menggunakan est-ce que atau pembalikan, artinya dalam bahasa Indonesia adalah sama.
Untuk menggunakan il y a dalam bentuk negatif, gunakan n’ di depan y dan pas setelah a. Ingat juga bahwa Articles indéfinisnya harus berubah menjadi de karena bentuk kalimat negatif.
Il n’y a pas de chat dans la voiture.
Tidak ada kucing di dalam mobil.
Il n’y a pas d’enfants là-bas.
Tidak ada anak-anak di sana.
Untuk menggunakan il y a dalam tenses lain, cukup mengkonjugasikan avoir dalam il y a, yaitu a, menjadi tenses yang dimaksud:
Il y avait un chat…
Tadi ada kucing
Il y aura des chats…
Akan ada beberapa kucing.
Bahasa Perancis: Perbandingan Dalam Bahasa Perancis
Pengenalan tentang comparative degree dalam Bahasa Perancis
Perbandingan menyatakan apakah suatu benda ‘lebih’ dari benda lainnya, ‘kurang’ dari benda lainnya, ataupun ‘sama’ dengan benda lainnya. Ada 3 macam keterangan perbandingan dalam bahasa perancis, tapi ada empat kata pembanding :
1. 
Superioritas : plus… (de atau que) artinya lebih dari…
Contoh : Laure est plus sportive qu’Anne (Laure lebih atletis daripada Anne)
2. Inferioritas : moins… (de atau que) artinya tidak lebih dari… (kurang dari)
contoh : Rouen est moins cher que Paris (Rouen tidak lebih mahal daripada Paris)
3. ekualitas :
a. aussi … (de atau que) artinya se-…
contoh : tu es aussi sympathique que Chantal (kamu sebaik chantal)
b. autant (de atau que) artinya sebanyak…
contoh : je travaille autant qu’elle (saya bekerja sebanyak dia)
Bahasan lebih jauh mengenai comparative degree, misalnya penggunaan de atau que, dll, akan dibahas di artikel yang berbeda. Ini Cuma pengenalannya aja. n_n
Pengenalan terhadap Superlative degree dalam bahasa perancis
Superlative degree menyatakan ‘paling’. Dalam bahasa perancis, superlative ini dibagi dua :
  1. Superioritas : le plus (paling…)
Contoh : c’est le livre le plus intéressant du monde (Itu adalah buku paling menarik di dunia)
  1. Inferioritas : le moins (paling tidak…)
Contoh : nous avons acheté la voiture la moins chère. (kami membeli mobil yang paling tidak mahal)

Selasa, 09 Juli 2013

HISAB DAN RU'YAT



Berbicara mengenai ru’yat sebagai suatu dalil yang bisa digunakan untuk penetapan waktu-waktu ibadah boleh dikatakan semua orang muslim memahaminya dalam tataran konsep.Walaupun dalam tataran praktis penggunaan hisab bukanlah hal yang baru, apalagi untuk penetapan waktu-waktu shalat. Hampir bisa dikatakan bahwa kita tidak bisa lepas dari yang namanya hisab. Hal ini bisa dibuktikan dari hampir selalu adanya jadwal waktu-waktu shalat di masjid-masjid maupun mushalla-mushalla yang kita jumpai. Demikian pula halnya dengan keberadaan kalender hijriyah yang secara praktis merupakan produk hisab, masih bisa diterima di seluruh lapisan muslim. Sedikit berbeda ketika berhubungan dengan penetapan awal dan akhir Ramadhan dan awal Dzulhijjah, perbedaan mengemuka di kalangan ummat dengan kepentingannya dan argumentasinya sendiri-sendiri. Secara garis besar terdapat tiga faham yang berbeda dalam penetapan penanggalan Islam:
  • Hanya menggunakan ru’yat khususnya untuk bulan-bulan ‘ibadah.
  • Menggunakan ru’yah, dan hisab digunakan untuk validasi kebenaran kesaksian ru’yat
  • Hisab dapat digunakan secara mandiri untuk penetapan penanggalan dan waktu-waktu ‘ibadah lainnya.
Kelompok-kelompok yang ada tersebut tidak ada yang menolak mengenai sahnya penetapan penanggalan dengan ru’yat, hanya saja bagi yang bermadzhab hisab, hisab memiliki lebih banyak aspek mashlahatnya karena lebih memberikan kepastian mengenai posisi hilal yang menjadi dasar penetapan penanggalan Islam. Sementara bagi penganut ru’yat, ru’yat hilal merupakan aspek ta’abbudi yang harus diikuti untuk mengawali dan mengakhiri bulan-bulan ‘ibadah.
Namun bila dinyatakan bahwa hisablah sebenarnya yang dianjurkan Islam untuk penetapan waktu-waktu ‘ibadah mungkin banyak orang yang mempertanyakannya termasuk mungkin bagi mereka yang menggunakan hisab.
Hisab sesuai Sunnatullah
Ilmu hisab falak adalah ilmu yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya secara langsung, sekaligus sebagai bukti al-Qur’an kalam Allah bukan buatan Muhammad seorang yang ummi sebagaimana yang dituduhkan sebagian orang-orang kafir, sekaligus sebagai bukti kebenaran berita al-Qur’an yang merupakan mu’jizat sepanjang zaman. Dalil-dalil ini di antaranya:
الرَّحْمَنُ. عَلَّمَ الْقُرْآنَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ . عَلَّمَهُ الْبَيَانَ. الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ . (الرحمن:1-5)
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS Ar Rahman 1-5)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (يونس:5)
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS Yunus 10: 5).i
Pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa ilmu hisab bukan sebagai ilmu Islam justru bertentangan dengan banyak dalil dari al-Qur’an, dan jelas suatu pendustaan terhadap firman Allah.
Pandangan sebagian ulama terdahulu yang menentang hisab terutama muncul dari kalangan mereka yang kurang memahami Ilmu ini dan mengabaikan firman-firman Allah dalam al-Qur’an mengenai hisab dan ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian diikuti fara muqallidin dari kalangan ulama khalaf yang mengikuti pendahulunya dengan menisbahkannya sebagai sunnah. Inilah yeng menjadi akar timbulnya pertentangan di kalangan ummat karena mereka telah meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Sikap penolakan terhadap ilmu hisab khususnya untuk penetapan bulan-bulan ‘ibadah terutama dilatarbelakangi oleh:
  1. Ketidak-fahaman sebagian ulama (bukan ahli hisab) tentang hakikat ilmu hisab dan menganggapnya sebagai ilmu meramal yang tidak bisa mencapai derajat yakin.
  2. Adanya anggapan bahwa ilmu hisab sebagai bagian dari ilmu peramalan nasib dengan bintang yang ditentang Islam, sehingga haram menggunakannya.
  3. Ketidak-fahaman para penentang hisab yang menganggap hisab sama-sekali lepas dari ru’yat dan menyalahi sabda-sabda Rasulullah tentang penetapan penanggalan Islam terutama bulan-bulan ‘ibadah.
Alasan-alasan di atas dengan jelas ditentang oleh Allah seperti dalam dalil-dalil tersebut di atas, yang menyatakan bahwa sifat ‘bi-husbaan’ merupakan sunnatullah yang sama sekali berbeda dengan ilmu meramal nasib oleh para ahli nujum (astrologi), bahkan mendalami astronomi sangat dianjurkan oleh Allah Ta’ala.
Penolakan terhadap ketetapan Allah ini jelas-jelas merupakan kekufuran terhadap ayat-ayat Allah yang tidak mungkin dilakukan oleh generasi awal ummat ini, dengan demikian terbantahlah anggapan bahwa telah adanya ijma’ dari generasi awal ummat bahwa mereka menolak hisab. Yang benar adalah mereka belum menguasai ilmu hisab falak sehingga mereka tidak sepenuhnya menggunakannya, sebagaimana yang akan kita bahas berikut ini.
Anggapan bahwa ilmu hisab sebagai bagian dari ilmu peramalan nasib dengan bintang yang ditentang Islam, sehingga haram menggunakannya sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan dan bertentangan dengan firman Allah bahwa itu merupakan ketetapan-Nya yang haq (sunatullah) dan sama sekali tidak sama dengan ilmu ramalan bintang. Pendapat ini muncul dari kebodohan orang tentang ilmu ini dan enggan untuk mentafakuri ayat-ayat Allah tentang alam semesta, sebagaimana tersebut dalam firman Allah
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ. إالَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.   (أل عمران: 190-191)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran 190- 191)

Anggapan bahwa hisab sama-sekali lepas dari ru’yat dan menyalahi sabda-sabda Rasulullah tentang penetapan penanggalan Islam jelas suatu pendapat yang sangat keliru, karena ilmu hisab falak ini lahir dari serangkaian penelitian data-data ru’yat yang dilakukan selama periode yang panjang bahkan dari generasi ke generasi, serta melalui tahap ujicoba dan analisis yang cermat sehingga ditemukan formulasi hisab, yang akurat dan teruji dengan baik.
Al-Qur’an menekankan Hisab untuk Penentuan Penanggalan
Landasan penanggalan kalender Islam (kalender hijriyyah) ditetapkan langsung oleh Allah dalam al-Qur’an dalam beberapa ayat yang terpisah-pisah.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ وَقَاتِلُواْ الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (التوبة:36)
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At Taubah 36)
Berdarakan ayat di atas, Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita bagaimana kalender Islam seharusnya dibangun yang berbeda dengan kalender luni-solar yang sebelumnya digunakan oleh Arab pra Islam. Kalender Arab pra-Islam adalah kalender qamariyah yang disesuaikan dengan periode pergantian musim tahunan, sehingga setelah periode tertentu, satu tahun ada penambahan satu bulan untuk menyesuaikan dengan musim tahunan. Bulan tersebut dikenal dengan bulan Nasi. Dan oleh Islam kebiasaan tersebut dibatalkan. Selanjutnya Allah berfirman:
إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (التوبة:37)
Sesungguhnya an-nasi’ (mengundur-undurkan bulan haram) itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS At Taubah 37)
Allah juga menegaskan bahwa wujud hilal-lah yang menjadi batas-batas berawal dan berakhirnya suatu bulan, yaitu hilal yang dapat disaksikan di akhir setiap bulan. Dan oleh karena pergantian hari kalender Islam adalah maghrib maka hilal tersebut adalah hilal yang muncul bersamaan dengan terbenamnya Matahari. Allah berfirman:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوْاْ الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (البقرة:189)
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya , akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS Al Baqarah 189)
Allah menjelaskan suatu fenomena sekaligus mengajarkan bahwa Matahari dan bulan beredar mengikuti perhitungan.
الرحمن علم القرءان خلق الإنسان علمه البيان الشمس والقمر بحسبان (الرحمن:1-5)
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, Yang telah menciptakan manusia, Yang mengajarinya ilmu pengetahuan. Matahari dan bulan beredar mengikuti perhitungan. (QS Ar Rahman 1-5)

Bahkan Allah menjelaskan bahwa sebagai akibat dari peredaran tersebut, fase-fase bulan terbentuk dan membentuk siklus bulanan. Allah berfirman:
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (يس: 39)
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Fase dari hilal pertama ke hilal berikutnya dari satu siklus itulah yang dinamakan satu bulan. Allah Ta’ala menjelaskan bahwa terbentuknya fase-fase tadi merupakan suatu ketetapan Allah yang semuanya bisa diukur, bisa dihitung dan dengannyalah Allah mengajarkan ilmu bagaimana menghitung tahun dan menghisabnya kepada kita.
هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب ما خلق الله ذلك إلا بالحق يفصل الآيات لقوم يعلمون إن في اختلاف الليل والنهار وما خلق الله في السموات والأرض لآيات لقوم يتقون(يونس:5-6)
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah menjelaskan dengan itu bukti-bukti kebenaran firmanNya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah mustahil dibuat oleh Muhammad saw seorang yang ummi melainkan semata-mata wahyu Allah yang diterimanya dan disampaikannya kepada ummatnya apa adanya.
Bukti-bukti ini memang pada masa-masa awal Islam belum bisa dipahami sepenuhnya oleh kaum muslimin karena kebanyakan dari mereka adalah kaum yang ummi, namun al-Qur’an adalah mu’jizat sepanjang zaman yang akan membatalkan setiap tuduhan siapapun yang mengatakan al-Qur’an buatan Muhammad. Dan bukti-bukti ini telah terbukti bagi kita sekarang. Lalu apakah kita masih akan ragu dengan kebenaran al-Qur’an? Inilah mungkin rahasia yang terungkap dari turunnya ayat al-Qur’an surat Ali Imran 190-191.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ. إالَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. (أل عمران:191-190)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran 190-191)

Dalam suatu riwayat dijelaskan setelah turun ayat ini Rasulullah terus menerus menangis sepanjang malam bahkan ketika Rasulullah melaksanakan shalat malam, hingga ketika waktu shubuh datang dan Rasulullah belum hadir Bilal mengunjunginya dan menanyakannya apa gerangan yang membuat seorang Rasul yang ma’shum menangis. Rasulullah menjawab turunnya ayat inilah yang membuatnya menangis. Lantas beliau mengatakan celakalah orang yang membacanya tapi tidak mau mentafakurinya.
Rasulullah Mengajarkan Prinsip-prinsip Dasar Hisab
Penggunaan hisab ini sebagai dalil penentuan penanggalan qamariyah maupun waktu-waktu ibadah lainnya ditetapkan dan dijamin oleh Allah, namun kaum muslimin saat itu bukanlah orang-orang yang bisa menghisab bulan. Pengetahuan ilmu hisab belum berkembang saat itu dikalangan kaum muslimin. Perhitungan yang dikenal dan dikuasai umumnya sebatas perhitungan-perhitungan sederhana yang biasa digunakan dalam transaksi jual-beli, takar-menakar, dan sebagainya. Untuk menentukan waktu harian mereka biasa melihat posisi Matahari; dan untuk menentukan penanggalan, mereka melihat posisi dan fase bulan. Praktek ru’yat ini merupakan praktek yang sudah terbiasa dikalangan bangsa Arab pra Islam, tidak ada yang asing dalam hal bagaimana meru’yat hilal, dan memahami perubahan fase-fase bulan. Mereka bisa secara langsung memprediksi tanggal berapa hanya dari melihat posisi dan fase bulan yang muncul.
Rasulullah menyampaikan sesuatu yang baru dalam menetapkan penanggalan dalam Islam sesuai ketentuan Allah. Beliau mengoreksi sistem penanggalan era pra-Islam yang mengenal adanya bulan ke-13 pada tahun-tahun tertentu dan menetapkan hanya ada 12 bulan dalam satu tahun sebagaimana telah dijelaskan di muka. Beliau juga menjelaskan dan memperkenalkan hisab secara sederhana dan bertahap tanpa secara langsung meninggalkan ru’yat. Apa yang dijelaskan Rasulullah adalah membimbing kaum muslimin bagaimana memahami hisab secara sederhana dengan menekankan pada kaidah-kaidah dasar yang harus dipenuhi, yang bisa dijadikan rujukan baik bagi kalangan awam maupun para ulama Islam berikutnya.
Berikut ini di antara dalil-dalil yang menceritakan panduan-panduan yang diajarkan Rasulullah untuk menghisab bulan.
وحدثني زهير بن حرب حدثنا إسماعيل عن أيوب عن نافع عن بن عمر رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم إنما الشهر تسع وعشرون فلا تصوموا حتى تروه ولا تفطروا حتى تروه فإن غم عليكم فاقدروا له ( مسلم )
وحدثني حميد بن مسعدة الباهلي حدثنا بشر بن المفضل حدثنا سلمة وهو بن علقمة عن نافع عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم الشهر تسع وعشرون فإذا رأيتم الهلال فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فاقدروا له ( مسلم )
Dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar ra, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya satu bulan itu 29 (hari), maka janganlah kamu berpuasa sehingga kamu melihatnya dan janganlah kamu berbuka sehingga melihatnya, maka jika terhalang atasmu maka perkirakanlah ia. (Muslim)
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا أبو أسامة حدثنا عبيد الله عن نافع عن بن عمر رضي الله عنهما ثم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر رمضان فضرب بيديه فقال الشهر هكذا وهكذا وهكذا ثم عقد إبهامه في الثالثة فصوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن أغمي عليكم فاقدروا له ثلاثين
وحدثنا بن نمير حدثنا أبي حدثنا عبيد الله ثم بهذا الإسناد وقال فإن غم عليكم فاقدروا ثلاثين نحو حديث أبي أسامة ( مسلم )
وحدثنا عبيد الله بن سعيد حدثنا يحيى بن سعيد عن عبيد الله بهذا الإسناد وقال ثم ذكر رسول الله صلى الله عليه وسلم رمضان فقال الشهر تسع وعشرون الشهر هكذا وهكذا وهكذا وقال فاقدروا له ولم يقل ثلاثين ( مسلم )
Dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar ra, ia berkata, kemudian Rasulullah saw menyebut Ramadhan memberi isyarat dengan kedua tangannya kemudian bersabda: “Satu bulan itu begini, begini dan begini kemudian nabi melipat jempolnya pada yang ketiga, maka berpuasalah kamu karena melihatnya dan berbukalah kamu karena melihatnya, maka jika terhalang atasmu maka perkirakanlah 30. Di riwayat lain dari Ubaidillah dengan isnad ini kemudian Rasulullah saw menyebut Ramadhan kemudian beliau bersabda: “Satu bulan itu 29, satu bulan itu begini, begini dan begini dan berkata maka perkirakanlah baginya, dan beliau tidak menyebut 30. (Muslim)
وحدثني عن مالك عن عبد الله بن دينار عن عبد الله بن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ثم الشهر تسعة وعشرون فلا تصوموا حتى تروا الهلال ولا تفطروا حتى تروه فإن غم عليكم فاقدروا له ( مالك )
Dari Ibn Dinar dari Abdullah bin ‘Umar ra, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda: “Kemudian satu bulan itu 29 (hari), maka janganlah kamu berpuasa sehingga kamu melihat hilal dan janganlah kamu berbuka sehingga melihatnya, maka jika terhalang atasmu maka perkirakanlah ia. (Malik)
Hadits-hadits tersebut mengajarkan bagaimana prinsip-prinsip hisab dibangun, sekaligus Rasulullah menjelaskan mengenai apa yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an:
  1. Dasar lamanya satu bulan adalah 29 hari.
Dalam banyak hadits yang shahih Rasulullah mengatakan bahwa satu bulan adalah 29 hari (malam). Pengenalan ilmu hisab pertama dari Rasulullah. Bahwa satu bulan cukup menghitung 29 hari dari saat pertama terlihatnya hilal tanpa harus mengamati perubahan fase bulan dari hari-ke hari. Hilal baru tidak mungkin muncul di hari-hari kurang dari itu. Dan ini merupakan batas minimal satu bulan yang diajarkan Rasulullah, selanjutnya:
  1. Yakinkan wujudnya hilal pada akhir hari ke-29 (saat ghurub), jika hilal diyakini ada maka tetapkanlah lama bulan 29 hari.
  2. Jika wujud hilal pada saat itu dipastikan tidak ada maka tetapkanlah hitungan bulan 30 hari.
Kaidah ini merupakan kaidah hisab praktis yang dapat dengan mudah diterima oleh kaum muslimin, karena sesuai dengan realita. Jika pada akhir tanggal 29 hilal dipastikan tidak wujud, maka dapat dipastikan bahwa keesokan harinya sudah jauh di atas ufuk, walaupun mendung menghalangi pandangan. Dengan demikian tidak diperlukan lagi adanya ru’yat, cukup hisablah bulan 30. Dan tentunya kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti ru’yat yang cukup panjang.
Meyakinkan wujudnya hilal dengan hisab bukanlah hal yang sulit, namun dalam kondisi awal-awal Islam kaum muslimin boleh dikata belum menguasai ilmu hisab, kemampuan ilmu hisab hanya terbatas penjumlahan dan pengurangan sederhana yang sering dipakai dalam transaksi jual beli atau takar menakar. Bahkan alat ukur waktu seperti yang ada sekarang belum pernah diberitakan ada semua dibaca dari tanda-tanda alamiah alam, sehingga diperlukan suatu kaidah transisi, yang diajarkan Rasulullah yang kemudian diceritakan dan atau disampaikan para sahabat apa adanya atau sesuai pemahaman mereka.
  1. Jika pada akhir hari ke-29 (saat ghurub) hilal tidak terlihat (tidak wujud) karena terhalang, maka yakinkanlah akan wujudnya hilal, dan tetapkan hitungan 30 hari saat wujud hilal tidak bisa dibuktikan (tidak ada berita kesaksian hilal).
Pernyataan ini menolak anggapan bahwa penghalang menjadi illat hukum ikmal jumlah hari menjadi 30, karena illat hukumnya sendiri adalah wujud hilal (diyakini wujudnya hilal). Dan ini sesuai kaidah ushul:
الحكم يدور مع علته وجودا و عدما
“Hukum berjalan sesuai ‘illatnya ada dan tiada.”
Wujud hilal itulah yeng menjadi illat hukum ditetapkannya tanggal baru, bukan mendung sebagaimana difahami sebagian orang. Kaidah ikmal menjadi tiga puluh hari saat mana hilal diyakini belum wujud pada akhir tanggal 29 adalah sejalan dengan kaidah ushul ini, karena bila pada tanggal 29 hilal tidak wujud naka dapat dipastikan bahwa hilal wujud pada tanggal 30 walaupun pandangan kita terhalang untuk melihatnya. Argumentasi bahwa wujud hilal sebagai illat hukum ditetapkan awal bulan sesuai dengan firman Allah Ta’ala:
يسألونك عن الأهلة قل هي مواقيت للناس والحج (البقرة:189)
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji
Dan ini secara praktis diakui oleh kaum muslimin bahwa terhalangnya pandangan dari segolongan besar muslim akan melihat hilal gugur manakala ada kesaksian walaupun sebagian kecil tentang adanya hilal. Dengan demikian sesungguhnya yang menjadi ijma’ di kalangan shahabat adalah wujud hilal sebagai dalil ditetapkannya awal bulan, dan bukan melihatnya itu sendiri. Dan ini sesuai dengan firman Allah di atas. Dari uraian ini maka akan jelaslah makna firman Allah Ta’ala:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه
“Maka barang siapa di antara kami menjadi syahid (datangnya) bulan maka hendaklah ia berpuasa.”
Makna syahid berdasarkan banyak dalil lebih mengarah kepada pengetahuan dan keyakinan dan bukan kepada kesaksian dengan mata. Dan keyakinan datangnya bulan bisa diketahui dengan melihat langsung, dengan kesaksian orang lain atau dengan hisab sebagaimana yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an. Coba perhatikan bagaimana Rasulullah menuntun para sahabatnya yang ummi untuk bisa menghisab dengan mengajarkan bahwasanya satu bulan 29 hari tanpa harus mengamati perubahan fase bulan dari hari ke hari, kemudian apa yang kemudian difahami para sahabat tentang menghisab atau menetapkan hitungan 30 saat sama sekali hilal tidak bisa disaksikan mata pada akhir tanggal 29.
Dan dengan penggunaan hisab prediksi wujudnya hilal lebih bisa dipastikan daripada dengan ru’yat dan inilah yang disinyalir dalam al-Qur’an:
هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب ما خلق الله ذلك إلا بالحق يفصل الآيات لقوم يعلمون
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Berdasarkan ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia telah menetapkan fase-fase bulan dan memungkinkan untuk menghisabnya. Sehingga fase-fase hilal tersebut sebenarnya bisa dihitung untuk menetapkan apakah hilal sudah ada atau belum. Ayat inipun memberi indikasi bahwa ilmu hisab tidaklah lahir dengan sendirinya tetapi melalui proses yakni proses ru’yat dan pencatatan data-data ru’yat yang Selanjutnya dianalisis, diuji dan diformulasikan sehingga dihasilkan formulasi hisab seperti yang ada sekarang. Namun kaum muslimin saat itu adalah kaum tidak menguasai ilmu hisab, sehingga untuk meyakinkan hadirnya hilal dimintailah kesaksian orang-orang dari daerah-daerah sekitar tentang tampaknya hilal pertama tadi. Di satu daerah bisa jadi berkabut, mendung atau karena halangan-halangan lainnya sehingga hilal tidak bisa disaksikan, namun di daerah-daerah lainnya yang berdekatan bisa jadi hilal bisa dilihat. Dan kesaksian inilah yang diakui. Ini menggambarkan bahwa begitu ada halangan melihat hilal tidak serta merta satu bulan dihitung menjadi 30, tapi menunggu kepastian ada tidaknya hilal dari hasil penglihatan orang-orang lainnya. Hal inilah bisa jadi rahasia mengapa Allah menekankan hisab, karena kemampuan melihat seseorang bisa terhalang oleh berbagai hal seperti lokasi, mendung, debu dan sebagainya.
Berkaitan ini saya nukilkan beberapa riwayat yang menggambarkan fenomena ini:
Dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Manusia mencari-cari hilal, maka aku kabarkan kepada Nabi bahwa aku melihatnya, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pun menyuruh manusia berpuasa.” (HR Abu Daud (2342), Ad Darimi (2/4), Ibnu Hibban (871), Al Hakim (1/423), Al Baihaqi (4/212), dari dua jalan, yakni dari jalan Ibnu Wahb dari Yahhya bin Abdullah bin Salim dari Abu Bakar bin Nafi’ dari bapaknya dari Ibnu Umar, sanadnya hasan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam At Talkhisul Habir (2/187)[i][i].
Dikisahkan ketika seorang Arab Badui melapor kepada Nabi bahwa ia menyaksikan hilal, maka Nabi menerimanya padahal ia berasal dari daerah lain dan Nabi juga tidak minta penjelasan apakah mathla’-nya berbeda atau tidak. (Majmu’ Fatawa, 25/103) Hal ini mirip dengan pengamalan ibadah haji jaman dahulu di mana seorang jamaah haji masih terus berpegang dengan berita para jamaah haji yang datang dari luar tentang adanya ru’yah hilal. Juga seandainya kita buat sebuah batas, maka antara seorang yang berada pada akhir batas suatu daerah dengan orang lain yang berada di akhir batas yang lain, keduanya akan memiliki hukum yang berbeda. Yang satu wajib berpuasa dan yang satu lagi tidak. Padahal tidak ada jarak antara keduanya kecuali seukuran anak panah. Dan yang seperti ini bukan termasuk dari agama Islam. (Majmu’ Fatawa, 25/103-105)[ii][ii]
1993 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارِ بْنِ الرَّيَّانِ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ أَبِي ثَوْرٍ ح و حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ يَعْنِي الْجُعْفِيَّ عَنْ زَائِدَةَ الْمَعْنَى عَنْ سِمَاكٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُ الْهِلَالَ قَالَ الْحَسَنُ فِي حَدِيثِهِ يَعْنِي رَمَضَانَ فَقَالَ أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ يَا بِلَالُ أَذِّنْ فِي النَّاسِ فَلْيَصُومُوا غَدًا *(أبو داود)
Fenomena di atas menjelaskan bahwa kepastian hilal yang dilakukan melaui ru’yat perlu dikonfirmasi dengan kesaksian-kesaksian yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang meyakinkan tentang wujudnya hilal. Sehingga untuk kasus ini berlaku kaidah bahwa yang melihat secara langsung setelah diketahui kejujurannya didahulukan dari yang tidak bisa melihat, bahkan informasi yang tertunda tetap diterima walau hari sudah berjalan.
Dengan demikian jelaslah sebenarnya hisablah yang ditekankan dalam Islam dan diajarkan Rasulullah. Rasulullah telah mengajarkan prinsip-prinsip dasar hisab kepada kaum muslimin saat itu sebagai bahan rujukan bagi generasi sesudahnya, sekaligus memandu bagaimana ilmu hisab itu bisa terwujud dengan digalakkannya ru’yat hilal, yang dari data-data yang ada yang dikumpulkan selama waktu yang panjang, para ulama yang terpanggil dengan seruan Allah bisa mempelajarinya, merumuskannya, lantas mengujinya dan menuangkannya menjadi suatu ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu hisab (falak).
Ayat-ayat al-Qur’an ini tidak hanya memandu orang beriman, bahkan juga telah memberi inspirasi dan mendorong orang-orang kafir mempelajari ilmu pengetahuan tentang jagat raya dan mengungkap rahasia-rahasia kebesaran Allah lainnya di alam semesta ini sehingga mereka bisa mencapai pengetahuan dan teknologi seperti yang terjadi sekarang ini.
Dan inilah salah satu hujjah atas orang-orang kafir yang membantah kebenaran al-Qur’an sebagai kalamullah. Namun adakah mereka masih meragukannya, setelah bukti-demi bukti kebenaran al-Qur’an dibukakan dihadapan mereka?
Lalu bagaimana mungkin ada segolongan yang mengatakan beriman dan mau tunduk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah justru mengatakan ilmu ini sebagai bagian dari ajaran paganisme? Kalau memang demikian keimanan kepada siapakah yang dianut ketika ungkapan penolakan ini dilontarkan. Ingatlah saudara-saudaraku dan segeralah kalian bertaubat kepada Allah agar kalian diampuni-Nya.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ(الجاثية: 23)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Wahai saudara-saudaraku, berhentilah dari mencaci-caci kebenaran dan menuduhnya sebagai sesuatu yang bid’ah, padahal hati kalian menerimanya. Kalian bertahan hanya karena mengikuti faham orang-orang terdahulu yang belum tentu mereka itu rela untuk diikuti setelah mereka tahu dalam hal ini mereka keliru padahal kalian meyakini mereka adalah orang-orang yang selalu siap kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian seperti kaum yang disinyalir Allah dalam al-Qur’an:
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا ءَابَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ(الأعراف: 28)
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
Orang-orang beriman akan bersikap:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ(أل عمران: 135)
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.