- Minyak mentah dunia membubung
Kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah perlu menaikkan harga BBM.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan, asumsi harga
minyak dalam APBN 2012 harus disesuaikan. Pemerintah tidak mungkin lagi
menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$90 per barel,
sebab harga ICP saat ini sudah melampaui US$115 per barel.
- Subsidi salah sasaran
Dengan harga BBM murah, justru yang mendapatkan subsidi besar adalah
orang yang menggunakan mobil. Bukan penduduk yang selayaknya
mendapatkan subsidi, seperti tukang ojek dan sopir Bajaj.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan,
langkah menaikkan harga BBM merupakan solusi pemberian subsidi yang
tepat sasaran. “Jadi, ini baik, masyarakat menengah kita yang sebelumnya
menikmati 70 persen (BBM bersubsidi) bisa membayar kenaikan itu,” ujar
Hatta.
- Lebih baik untuk infrastruktur
Bank Dunia mengungkapkan pemerintah harus menaikkan harga bahan
bakar minyak bersubsidi. Lebih baik subsidi BBM dialihkan untuk
membangun infrastruktur listrik yang masih tertinggal dibandingkan
negara-negara lain di Asia Tenggara.
Manajer Pembangunan Berkelanjutan Bank Dunia untuk Indonesia, Franz R
Drees-Gross, menjelaskan, jika pemerintah terus mensubsidi bahan bakar
besar-besaran, Indonesia kehilangan kesempatan membangun di sektor lain.
“Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk subsidi BBM, sebenarnya bisa
digunakan untuk sesuatu yang lebih berguna,” kata Franz.
Sementara itu, bagi kubu yang menolak kenaikan harga BBM memiliki alasan:
- APBN tak bakal jebol
PDI Perjuangan tak sepakat dengan rencana pemerintah menaikkan harga
BBM. Partai berlambang kepala banteng itu berpendapat asumsi pemerintah
keliru jika menganggap APBN bakal jebol saat harga BBM tak dinaikkan.
“Subsidi BBM dari tahun ke tahun memang turun. Jadi, asumsi
pemberian subsidi BBM akan membuat jebol APBN itu tak masuk akal,” ujar
Sekretaris Fraksi PDIP, Bambang Wuryanto, di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Rabu 29 Februari 2012.
Sekadar informasi, pada APBN 2005, subsidi BBM mencapai Rp95,6
triliun. Sementara itu, pada APBN 2012 membengkak menjadi Rp123,6
triliun. Bahkan dalam APBN-P 2012 ditetapkan Rp137 triliun.
- Subsidi sudah tepat sasaran
Anggapan pemerintah bahwa subsidi BBM selama ini tidak tepat
sasaran, menurut PDIP juga tidak benar. “Subsidi BBM sudah benar. Jadi,
jangan pakai alasan salah sasaran untuk mengurangi subsidi,” tegas
Bambang.
Politisi PDIP, Daryatmo Mardiyanto, mengatakan, sebagian besar
subsidi premium dikonsumsi oleh masyarakat kelas menengah dan bawah.
Catatan PDIP, dari total premium yang dikonsumsi oleh rumah tangga, 64
persennya dikonsumsi oleh sepeda motor, sedangkan yang untuk mobil hanya
36 persen.
“Mengingat sebagian besar pemilik sepeda motor adalah masyarakat
kelas menengah ke bawah, maka berarti selama ini bagian terbesar subsidi
premium sebanyak 64 persen dikonsumsi oleh kelas menengah dan bawah,
dan itu bukan kelompok kaya,” kata Daryatmo.
- Pindah kantong
Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta,
mengatakan, jika pemerintah menaikkan harga BBM lalu membuat kompensasi
untuk rakyat miskin, itu artinya hanya pindah kantong kanan ke kantong
kiri. “Lebih bagus tidak menaikkan dan tidak perlu ada kompensasi,” kata
Anis, di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar