Republik Turki
Republik Turki merupakan sebuah Negara
besar dikawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari semenanjung Anatolia di
Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut
Hitam disebelah Utara, Bulgaria disebelah Barat Laut, Yunani dan Aegea di
sebelah Barat, Georgia di Timur Laut, Armenia,
Azerbaijan dan Iran disebelah Timur,
Iraq dan Suriah di Tenggara dan Laut Mediterania di Sebelah Selatan. Laut Marmara
yang merupakan bagian dari Turki digunakan secara internasional untuk menandai
batas wilayah benua Eropa dengan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai Negara
transkoninental. Keberadaan Turki secara geografi terletak di dua benua, Asia dan
Eropa memiliki banyak keuntungan dari segi ekonomi maupun politik.
Negara Turki adalah Negara di dua
benua dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200 km
persegi) wilayahnya terletak di Benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di Benua
Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki sebagai jembatan
antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah.
Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam,
Arab dan Persia sebagai warisan dan imperium Usmani dan pengaruh Negara- Negara
barat modern.
Letak geografis
Secara letak geografis, Turki terletak
pada 39’00’00” lintang utara dan 30’00’00” bujur timur tepat di benua asia yang
dikenal dengan Anatolia, sedangkan pada wilayah thrace yang mana termasuk Benua
Eropa, Turki terletak pada 41’00’00” lintang utara dan 27’00’00” bujur timur.
Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara wilayah
timur dan barat.
Negara Turki memiliki bentuk yang
menyerupai persegi di mana memiliki lebar 550 km panjang 1500 km. titik jauh
yang terletak di bagian Timur Turki adalah wilayah yang bersimpangan dengan Iran
dan Nakhichevan. Sedangkan titik jauh yang terletak bagian barat adalah Avlaka di
wilayah Gokceada, selanjutnya titik jauh bagian selatan adalah pedesaan Beysun,
Provinsi Hatai.
Turki
Pra-Islam
Bangsa Turki berasal dari sebuah rumpun bangsa Ural Altaic (rumpun
bangsa kulit kuning). Mereka hidup dikaki pegununan Altaic, bagian barat dari
padang rumput Mongolia. Kemungkinan besar nenek moyang bangsa Turki mempunyai
hubungan yang erat dengan bangsa asli yang mendiami benua Amerika yang berkulit
merah (Indian) daripada dengan bangsa yang berdiam di Cina, Bangsa Samoye,
Bangsa Hungaria maupun Mongolia. Mereka berkiprah dan mengukur sejarah tidak
dengan sebutan bangsa Turki, tetapi bangsa Hun. Pola kehidupan bangsa ini
adalah nomaden serta masih berbudaya primitif. Sistem kekuasaan yang mereka
lakukan didasarkan pada aturan adat. Penopang kehidupan mereka adalah
penggembala ternak serta melakukan penjarahan terhadap suku-suku yang lebih
lemah. Model kehidupan ini telah memupuk kebanggaan akan anak laki-laki. Sejak kanak-kanak mereka
telah dibiasakan untuk melakukan permainan yang dapat membentuk watak
pemberani dan tubuh yang kuat. Mereka mengorganisasi diri dibawah pimpinan yang
disebut syah.
Dari segi keyakinan, bangsa Altaic menganut kepercayaan Syaman yakni
menyembah unsur-unsur alam dengan perantara totem dan roh. Menurut kepercayaan
mereka, dengan upacara penyembahan ini orang akan mampu memiliki kekuatan yang
besar untuk digunakan kebaikan ataupun kejahatan. Dalam kancah politik, bangsa ini
telah mampu membangun kerajaan besar yang bernama Attilia pada abad ke-5 M yang
terletak ditengah daratan Eropa setelah mereka berpindah dari pegunungan Altaic
pada abad ke 3 SM. Kondisi geografis yang didiami bangsa Turki saat itu secara
umum menuntut pola hidup berpindah-pindah. Situasi itu memunculkan bentuk
kehidupan yang bersuku-suku. Daerah perpindahan bangsa Turki tersebut juga merupakan
daerah transit serta menjadi pusat bertemunya berbagai budaya bangsa yang sedag
bermigrasi. Di Daerah Oase inilah bangsa Turki memulai kehidupan yang bersifat
semi-menetap. Karena menyadari akan watak bangsa Turki yang suka
berpindah-pindah dan menjarah suku lain yang lebih lemah, maka
kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Timur Tengah mendirikan pertahanan di Transoksania
untuk mempertahankan eksistensi mereka dari ancaman bangsa Turki. Kelompok
bangsa Turki yang menetap diperbatasan dengan Timur Tengah inilah lambat laun
berasimilasi dengan budaya setempat (Islam). Dalam proses asimilasinya,
kelompok ini mulai menyukai budaya baru yang mereka kenal tersebut sehingga
mereka berupaya menahan masuknya kawan sesama bangsa Turki yang masih belum
berbudaya dan suka merusak. dan inilah awal persinggungan bangsa Turki dengan
budaya Islam
Sejarah turki
Turki
telah dikenal dalam catatan sejarah dikarenakan Turki memiliki kekayaan
khazanah bebagai peradaban. Bahkan tempat- tempat Troye dan Boghazkoy
( Hatutushashah) memiliki bukti pemukiman yang lebih tua. Di negeri ini pernah
diduduki beberapa kerajaan terkenal, antara lain kerajaan Romawi Timur atau Bizantium
pada tahun 395-1453 M, Dinasti Saljuk pada tahun 1071-1300 M dan Dinasti Ottoman
pada tahun 1300-1922 M. pembahasan subbab ini pemaparan mengenai sejarah Turki akan
dimulai dari periode revolusi ketika Mustafa Kemal Ataturk berkuasa di Turki.
Secara historis, Bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, Perdaban
Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari imperium Usmani dan pengaruh
Negara- Negara barat modern. Hal inilah yang menjadikan Turki Negara yang kaya
akan khazanah peradaban kebudayaan.
Islamisasi di Turki
Pertempuran Heiromyak (Al Yarmuk)
Pada pertempuran di sungai Yarmuk antara Arab dan Bizantin,
Arab kalah dalam bagian perang pada tahap pertama. Saat kemenangan hampir dekat
bagi pihak Bizantin, Arab berganti taktik dan memanfaatkan kontingen wanita
yang seperti kesurupan menyerang pasukan Bizantin sambil berteriak- teriak
histeris Karena tidak terbiasa
menghadapi musuh wanita, tentara Bizantin bingung, apalagi saat jendral mereka
memerintahkan agar pasukan tidak menyerang wanita dan sebaiknya mengundurkan
diri. Ketika Muslim melihat bahwa taktik ini berhasil, mereka mengirimkan tentara
Arab yang mengenakan pakaian wanita agar menyerang Bizantin. Salah seorang
jendral Arab, Khalid Ibn Walid, juga berpura- pura sebagai wanita, mendekati
dan menyerang sang Jendral Bizantin, Harbis, mematahkan tulang rusuknya dan
membunuhnya. Dengan matinya jendral mereka, tentara Bizantin kehilangan
pemimpin dan perang mulai dimenangkan pihak Arab. Inilah caranya mereka
memenangkan perang Yarmuk.
Pertempuran Caesarea, Babylon (kota Bizantin Mesir),
dan Alexandria
Taktik lain yang digunakan tentara-tentara Allah adalah
dengan menyuap para penyapu jalan. Mereka itu memberitahu Muslim dimana letak
saluran- saluran bawah tanah agar bisa dimasuki di malam hari, membuka gerbang
dan menyerang kota itu. Taktik ini digunakan di Babylon (kota Bizantin Mesir,
bukan di Mesopotamia). Kota dengan tembok- tembok setinggi 10 meter dengan
menara- menara tinggi yang sempat bertahan selama lebih dari 8 bulan, akhirnya
diinfiltrasi Muslim secara licik dan berakhir dengan pembantaian setiap
penduduknya, sampai tidak lagi ada yang tersisa.
Arab menyerang Konstantinopel dua kali, pada tahun 674 dan
717, namun kota itu berhasil dipertahankan dengan senjata baru bernama Greek
Fire, Api Yunani. Ini adalah cairan panas yang mengakibatkan luka- luka bakar
menyakitkan bagi mereka yang dijadikan sasaran. Ini sama dengan senjata napalm
jaman sekarang. Pihak Bizantin menggunakan senjata ini melawan invasi Arab pada
tahun 674-678 dan 717-718. Pihak Arab mencoba keras untuk mempelajari rahasia
Api Yunani itu tetapi tidak berhasil. Karena senjata ini, lebih dari 300.000
Arab yang menyerang Konstantinopel, dan hanya 20.000 yang kembali. Yang lainnya
tewas akibat Api Yunani.
Bizantin juga berhasil membendung serangan Muslim di Cilicia
di Turki Tenggara. Muslim- muslim Arab akhirnya memutuskan untuk mengambil rute
laut dan menyerang pulau Rhodes dan
menghancurkan patung raksasa Rhodes (patung yang didirikan orang Yunani jaman
dulu).
Tongkat Jihad dioper ke kaum Turki Seljuk
Jihad Arab kemudian patah semangat ketika pada tahun 732 di
Poiters (Perancis) mereka dikalahkan kaum Franks. Serangan Arab berhenti pada
pertengahan abad ke 8, ketika sesama kalif saling cekcok karena perbedaan
shiah-sunni. Jihad kemudian dimulai lagi pada abad ke 11 dengan diserahkannya
tongkat jihad kepada Turki Seljuk. Mereka menganut kepercayaan Animisme dengan
campuran Zoroastrian sebelum di-Islamisasi oleh Persia (yang juga
di-Islamisasi) antara tahun 651 dan 751.
Ketika orang Persia yang di-Islamisasi itu menyerang Turki,
muncullah nama seorang pendekar bernama Abu Muslim. Ia lahir dari orang tua
Zoroastrian dan ia berpura- pura memeluk Islam karena ingin balas dendam
terhadap penjajah Muslim di Persia. Selain pura- pura sebagai muslim, ia juga
menyerang bangsa non-Muslim Turki dan malah memaksa mereka memeluk Islam.
Langkah berikutnya adalah melakukan kudeta terhadap kalifah Abbasid di Baghdad.
Tetapi ia difitnah oleh teman- teman terdekatnya dan sang kalif memberi
perintah agar ia disiksa sampai mati.
Pertempuran Manzikert antara Bizantin dan Turki
Seljuk
Pemeluk baru Islam ini mencampurkan keberingasan alami
mereka dengan fanatisme Islam. Terbentuklah kombinasi maut. Kalau Arab gagal
merebut Konstantinopel dengan mendobrak pagar Cilicia, kaum Turki Seljuk dengan
pelan tapi pasti menggrogoti pinggir- pinggir utara Bizantin di Armenia.
Kawasan Caucasus (atau Kavkaz) ini bertubi- tubi menjadi
garis depan tempat berlangsungnya bentrokan peradaban sejak saat itu sampai
sekarang. Beslan di Russia bagian Ossetia, dimana anak- anak sekolah dibantai
teroris Muslim, tidak jauh dari Manzikert, tempat utama bentrokan antara
Muslim-Kristen di tahun 1071.
Kaisar Bizantin ketika itu adalah Romanus IV Diogenes. Ia
menduduki tahta tahun 1068. Seperti biasanya, terdapat banyak komplotan
kekuasaan di Bizantin. Ini semakin nampak karena selama 400 tahun dari 640-1068,
kaum Bizantin memperkuat angkatan bersenjata mereka dengan menyewa tentara-
tentara bayaran dari kaum Franks, Ostrogoths, Visigoths, Bulgar, Avar dan
masyarakat- masyarakat Kristen lainnya ditambah dengan kaum Latin yang selalu
merupakan lobby kuat di Konstantinopel. Tentara- tentara bayaran ini digunakan
untuk menangani serangan Arab, tetapi dalam masa damai mereka menjadi lobby-
lobby kuat dalam politik dalam negeri Bizantin. Untuk menjaga keseimbangan
politik, beberapa raja daerah bagian Bizantin mengikutkan dalam kontingen mereka
tentara cadangan berupa Orang Seljuk Turki yang Notabene Muslim. Keputusan ini
terbukti membawa celaka kepada Bizantin di Manzikert.
Romanus membagi pasukannya menjadi dua. Ia memimpin yang
satu dan yang lainnya dipimpin oleh Joseph Tarchaniotes, orang keturunan Turki
yang secara rahasia memeluk Islam, kepercayaan yang dianut kebanyakan rakyatnya
– kaum Seljuk Turki. Tarchaniotes mengkomando kontingen tentara bayaran
terbesar, kaum Cuman Turki. Romanus merebut kembali kota- kota yang dijajah
kaum Seljuk Turki yang akhirnya berpuncak kepada Pertempuran Manzikert.
Jendral tentara pihak Islam (pihak
Seljuk Turki) adalah Alp Arslan yang bermarkas di dekat Manzikert. Romanus
menunggu jendralnya untuk menyerang markas Turki milik Alp Arslan itu. Tapi
sang jendral Joseph Bizantin itu membelot ke pihak musuh bersama dengan
pasukannya. Seperti juga pembelotan tentara Persia pada Pertempuran Qadissiyah
antara Sassanid dengan Arab Muslim, ini sekali lagi membuktikan bahwa tentara
Muslim TIDAK PERNAH AKAN SETIA PADA
ATASAN NON-MUSLI.
Sebelum
masuk Islam periode Islam, Turki pernah diduduki oleh kerajaan Romawi. Pada
masa kekuasaan Romawi di Turki, Kekaisaran Romawi mendirikan ibu kota baru di
wilayah Anatolia. Ibu kota tersebut dinamakan Konstantinopel. Masa kerajaan Romawi
Timur di Turki di mulai pada tahun 395 M. pada masa kekuasaan Romawi Timur,
sector perdagangan dan kebudayaan
berkembang pesat di sekitar Konstantinopel. Di samping itu, penyebaran agama
Kristen pun meningkat pada masa kekuasaan Romawi Timur. Peristiwa penting yang
menjelaaskan Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium adalah pertempuran Adrianopel
pada tahun 378 M.
Pada masa kekuasaan Romawi Timur berkuasa
di Turki pada tahun 395- 1453 M, ada dua dinasti yang berdiri yaitu dinasti
saljuk (1071- 1300 M) dan Dinasti Turki Usmani atau Dinasti Ottoman (1300-1922
M). Namun, pada pertengahan abad ke-13, kerajaan Bizantium mulai melemah
dikarenakan telah kehilangan beberapa kekuasaanya oleh beberapa kabilah. Salah
satu kabilah ini berada di daerah
eksisehir yang merupakan wilayah barat Anatolia, yang dipimpin Usman 1, anak
dari Ertugril, yang kemudian mendirikan kesulatanan Usmaniyah pada tahun 1299
M. akhir dari kerajaan Romawi Timur atau
Bizaantium yaitu ketika bangsa Turki Ottoman merebut kota Konstantinopel pada
tahun 1253 M.
Periode
islam
Periode islam di Turki dimulai pada
masa kekuasaan Dinasti Saljuk dan Dinasti Ottoman. Dinasti Saljuk berkuasa
dimulai pada tahun 1071-1300 M. sedangkan periode Dinasti Utsmani atau dekenal
juga dengan sebutan Dinasti Ottoman dimulai pada tahun 1300-1022 M. Dinasti
Turki Utsmani didirikan oleh Bani Utsmani. Pemerintahan pada masa Kekaisaran Utsmani
kekuasaannya berlangsung kurang lebih selama 6 abad. Awal periode keemasan Dinasti
Ottoman ialah ketika pasukan Turki
Ottoman berhasil menaklukan ibukota Bizantium yaitu kota Konstinopel pada tahun
1453 M. penaklukan kota Konstantinopel ini mengukuhkan status kekaisran Turki
Utsmani sebagai kekuatan besar khususnya di wilayah eropa tenggara dan
mediterania timur. Pada masa inilah pemerintahan Turki Ottoman memperoleh
pengaruh Islam yang kuat. Bahkan sepeninggalan Khulafaur Rasydin, Turki menjadi
Khilafah Islamiyah dibawah kekuasaan Dinasti Utsmania. Wilayah kekuasaan Dinasti
Utsmani pada masa kerajaan meliputi kawasan Jazirah Arab, Balkan, Hongaria hingga
kawasan Afrika Utara. Namun, akibat perebutan kekuasaan di dalam yang
melibatkan intervensi sejumlah Negara asing pada akhirnya meruntuhkan
kekaisaran Turki Utsmani.
Secara operasional, Ahmad Al-Usairy menjelaskan
lika-liku penaklukan tersebut bahwa kewilayah Romawi (Turki) ketika itu selalu
dilakukan pengintaian dan ekspedisi kesana. Tujuannya adalah menaklukan
konstantinopel. Kota ini dikepung pada tahun 50 H/670 M. dan tahun 53-61
H/672-680 M; namun tidak berhasil ditaklukan. Muawiyah membentuk pasukan laut
yang besar yang siaga dilaut tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan
kekuatan itu, dia berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukan
pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49H/669M; kepulauan Rhodesia pada tahun
53H/673M; kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M; kepulauan Ijih dekat Konstatinopel
pada tahun 57H/ 680 M.
Kondisi social budaya,
ekonomi dan politik
Social budaya
Pengaruh dari Arab dan Persia pada
peradaban Islam Turki menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai
peninggalan Dinasti Utsmani. Pada masa Kekhalifahan
Islam diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai
makhlik dengan Allah SWT sebagai khalik, sang pencipta. Hal inilah yang
melandasi suatu system social dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Islam yang muncul di jazirah arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia,
berkembang di wilayah kekuasaan kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua
bangsa tersebut.
Perkembangan selanjutnya
memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut kedalam kebudayaan Bangsa
Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering
menganggap bahwa Bangsa Turki sama dengan bangsa arab.
Bahas Turki pada mulanya berasal
dari Asia tengah dimana mereka yang disebut kelompok Oghuz berpindah hingga ke Jazirah
Anatolia, Asia Kecil. Bahasa cabang Oghuz ini lambat laun berubah. Kelompok Oghuz
ini menyebar mulai Anatolia hingga Selat Bosporus. Kelompok yang membawa bahasa
ini saljuk pada abad ke- 10. Semenjak Islam itu
mulai dianut masyarakat Turki, Bahasa Turki di wilayah Anatolia mulai menyerap
berbagai kosakata dari Bahasa Arab dan Persia.
Ekonomi
Berdasarkan posisi geografis Turki yang
strategis di titik pertemuan benua Asia dan Eropa, membuat Negara Turki mempunyai
peranan penting sebagai pusat dari zona- zona ekonomi yang asaling tumpang
tindih. Di samoing itu pula Turki juga menjadi pusat industry dan perdagangan
Negara- Negara di sekitar Laut Hitam dan Timur Dekat.
Turki menkankan reformasi structural
dan restrukturisasi. Hal ini ditandai dengan meningkatkan proses privatisasi
dan reformasi yang luas termasuk pertanian, keamanan social, sector
telekomunikasi dan energy. Indicator makroekonomi juga berada pada tren yang
positif. Negara ini telah menurunkan inflasi sampai angka satu digit, hal ini
membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinngi dan stabil dan mencapai reformasi
structural yang luas.
Terbentuknya Turki Usmani
Pasca berkembangnya Islam di Arab dan di Eropa, mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi dari pemerintahan di Eropa. Paus gereja pusat Eropa mengalami kegundahan karena eksplorasi Islam yang bergerak cepat dan menginvasi Eropa. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya peperangan-peperangan antara abad ke-10 dan ke-11. Kaum Kristen mengusir orang-orang Islam dari Eropa. Peperangan ini di kenal sebagai perang Salib. Karena saat peperangan kaum Kristen membawa salib untuk menunjukan identitasnya terhadap umat Muslim. Peperangan ini kadang kala dimenangkan oleh umat Muslim, sebaliknya dimenangkan juga kaum Nasrani.
Kedua belah pihak mengalami banyak kerugian akibat perang Salib ini, baik kerugian dari materi maupun non-materi. Saat perang salib terjadi, Islam dikuasai oleh kaum Abbasiyah, tetapi kaum Abbasiyah mengalami perpecahan politik diakibatkan banyak golongan yang memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Ditambah pula pada abad ke-13 kaum Kristen berhasil merebut Spanyol dari Dinasti Umayyah. Satu per satu kota-kota penting Spanyol jatuh ke tangan kerajaan Kristen. Cordova jatuh ke tangan ke kerajaan Kristen pada tahun 1238 M, disusul dengan kejatuhan Sevilla pada tahun 1248 M, hingga akhirnya kota terakhir Granada jatuh pada tahun 1492 M.
Kejatuhan Islam dan perpecahan Abbasiyah membuat sebuah Dinasti baru yang muncul di dalam pemerintahan Abbasiyah yang berasal dari luar Turki. Dinasti ini dapat membaur dengan orang Arab dengan mudah, dinasti ini dikenal sebagai Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk dapat memasuki pemerintahan Abbasiyah dan berhasil menguasai Baghdad tetapi kekuasaan tertinggi tetap dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq, mengabdi kepada Bequ, seorang raja di wilayah Turkoman, sebagai pimpinan tentara. Karena pengaruh Saljuk yang besar, raja kemudian beserta pengikutnya pindah ke daerah Jand, suatu wilayah Muslim di Transoxiana. Mereka mendiami wilayah di atas izin Dinasti Samaniyyah dan masuk Islam dengan mazhab Sunni.
Berjalannya waktu Dinasti Saljuk diakui oleh kaum Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1040 M, karena berhasil mengalahkan Mas’ud al-Gaznawi pada tahun 1036 M dan mengusirnya dari Khurasan. Dinasti Saljuk berhasil merebut daerah kekuasaan Gaznawi yaitu Marwa dan Naisabur. Kekuasaan Dinasti Saljuk bertambah kuat dengan bertambah pula daerah yang dikuasai seperti Balkh, Jurjan, Tarbaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Dengan memiliki kekuatan yang kuat dan kekuasaan yang besar membuat Dinasti Saljuk menguasai Bagdad menggantikan posisi dari Dinasti Buwaihi.
Pada tahun 1258 M, Dinasti Saljuk mendirikan sebuah kerajaan baru yang besar dengan berbasis Islam yang kuat, karena Dinasti Saljuk berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1214 M. Puncaknya membunuh pemimpin Abbasiyah dan membasmi kaum Abbasiyah dari Baghdad. Dengan berhasilnya mengusir kaum Abbasiyah dari Baghdad membuat suku bangsa Turkoman dari Trasoxiana berpindah ke arah barat dan dipimpin oleh para Bey serta merebut tanah di Asia Barat. Pada tahun yang sama, lahir seorang anak bernama Ustman di Anatolia dan dipandang keluarga Ghazi yang terkemuka. Ustman merupakan seorang Turkoman yang memimpin anak buahnya ke dalam daerah Anatolia paling barat. Ustman merupakan pendiri dari Imperium besar Islam. Ustman tidak sendiri mendirikan sebuah kerajaan, dia hanya berhasil membangun emirat ghazi kecil yang tangguh di Anatolia. Bersama dengan ghazi-ghazi yang lain seperti Karamanli, Aydin, Sarukhan, Kirgiz, Kazakh dan ghazi-ghazi yang tidak disebut namanya. Keturunan-keturunan dari Ustman disebut Ustmani, dari pendirian ini Imperium tersebut disebut sebagai Turki Ustmani.
Gambar: Peta Dinasti Turki Ustmani
Turki Usmani Memasuki Eropa Balkan
Beberapa waktu Ustmani semakin berkembang dan kuat, mereka mulai menundukkan negara-negara ghazi yang lain, banyak cara Ustmani menundukkan ghazi-ghazi tersebut, sebagaian mereka taklukkan dan kadang-kadang beberapa ghazi dibeli oleh Ustmani. Para kepala suku ghazi yang merupakan emir berdaulat menjadi bangsawan feodal yang memiliki kekuasaan sendiri, tetapi tetap tunduk kepada kepala kepemerintahan yaitu Dinasti Ustmani.
Ustman yang sudah menguasai daerah perbatasan, ingin menguasai daerah diluar daerah kepemerintahannya, Ia ingin menundukkan daerah-daerah Byzantium. Ustman sendiri memiliki faktor-faktor untuk menguasai daerah lain yaitu:
Pada tahun 1301 M, Ustman memulai ekpansinya ke daerah Byzantium. Pada awalnya membangun sebuah pangkalan di selatan sungai Sankara dan masuk ke Byzantium melalui barat sungai. Pasukan Byzantium yang mendengar berita ini segera melakukan perlawanan untuk menghentikan invasi Ustmani. Pertempuran terjadi pada tahun 1302 M di dekat kota Nikomedia, perang ini berhasil dimenangkan oleh Ustman. Setelah memangkan perperangan di Nikomedia Ustman melanjutkan invasinya ke Nicea dan Brusa, tetapi sebelum dia menaklukan Nicea dan Brusa pada 1324 M Ustmani meninggal. Tapi dia berhasil mengendalikan semua Bythinia Byzantium.
Gambar: Sultan Ustman I
Kematian Ustman membuat invasi Ustmani tertunda, selang 2 tahun Orhan menggantikan ayahnya Ustman untuk menggantikan ayahnya sebagai Pemimpin Ustmani. Orhan meneruskan tujuan ayahnya menginvasi Eropa. Orhan berhasil menguasai kota Prusa pada tahun 1326 M, serta menjadikan Prusa sebagai Ibu kota Ustmani yang baru dengan mengganti namanya menjadi Bursa, dan Orhan mengambil gelar Sultan. Setelah menguasai Bursa Orhan melanjutkan invasinya ke daerah Nicea untuk menguasai daerah tersebut, disana Orhan dicegat oleh pasukan Byzantium pada musim semi tahun 1329 M.
Gambar: Sultan Orhan I
Pasukan Byzantium dipimpin oleh Andronikus dan John Cantacuzenus menyeberangi selat Bithynia dan melakukan penyerangan terhadap Orhan di kota Pelekanon. Orhan berhasil mengalahkan Pasukan Byzantium dan mengakhiri kekuasaan Byzantium di Bithynia dengan menguasai kota Nicea pada 2 Maret 1331 M. Orhan pun berhasil merebut kota Nicomedia dari tangan Byzantium dan membuat Byzantium semakin bingung melawan Ustmani. Akhirnya sebelum dikuasainya Nicomedia dari Ustmani Andronikus membuat perjanjian dengan Sultan Orhan di tahun 1333 M dan Orhan menikahi putri Cantacuzenus yaitu Theodora.
Pada tahun 1354 M, Orhan beserta anaknya Suleyman menyeberang ke Hellenspot dan berhasil menduduki semenanjung Gallipoli. Orhan meninggal pada tahun 1362 M dan digantikan putranya Murad. Murad yang baru menjadi Sultan yang baru di Ustmani, tahun berikutnya berhasil menguasai kota Adrianapolis, orang Turki menyebutnya Edirne dan memindahkan ibu kota yang sebelumnya di Bursa menjadi di kota Edirne. Pada tahun 1355 M, kerajaan Serbia mengalami krisis dan pada tahun 1360 M kerajaan Bulgaria menjadi lemah, dan ini juga merupakan jalan untuk ekspansi Ustmani selanjutnya.
Gambar: Sultan Murad I
Murad mengikuti langkah ayahnya Orhan. Menyerang dan terus mendesak kerajaan sebelah Utara dan Barat Balkan. Pada tahun 1366 M menguasai lembah sungai Muritza dan pegunungan Balkan, kemudian menaklukkan Sofia (1385 M) dan kota Nish, yang terletak pada sungai Morava (1386 M). Melalui jalur Selatan menyerang Seres (1383 M) sampai ke Saloniki (1387 M). Dengan menguasai daerah-daerah Balkan, kerajaan Bulgaria, Serbia dan Bosnia menjadi negara bawahan Ustmani, dengan syarat putra mahkota kerajaan harus ditangkap dan dipenjara di Istana Ustmani agar tidak terjadi pemberontakan.
Gambar: Peta Dinasti Ustmani Pada Masa Pemerintahan Murad I
Sekitar tahun 1387 M dan 1389 M, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh raja-raja vassal, karena saat itu keamanan daerah Balkan agak mengendor. Pada saat itu Murad berperang melawan pemberontakan di Anatolia serta memperluas daerah penjajahan. Pemberontakan di Balkan dilakukan dari kerajaan Bulgaria dipimpin oleh Czar Shisman, kerajaan Serbia dipimpin oleh Raja Lazarus. Pemberontakan ini dibentuk atas nama anti-Turki dan mengusir Turki Ustmani dari Balkan, Serbia dan Bulgaria dibantu Bosnia dan Kesovo. Pada 15 Juni 1389 M, di dataran Kesovo terjadi perang antara Turki Ustmani dan koalisi anti-Turki pertarungan tersebut memakan banyak korban, dipenghujung perang Murad dan Lazar tewas. Saat Bayazid secara sigap mengambil pimpinan perang dan menguasai kendali peperangan sekaligus meraih kemenangan perang. Bulgaria dan para bangsawan Serbia dibantai oleh Beyazid. Dengan ini kekuasaan Ustmani di Balkan menjadi kuat dan melakukan penyebaran agama Islam.
Pasca berkembangnya Islam di Arab dan di Eropa, mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi dari pemerintahan di Eropa. Paus gereja pusat Eropa mengalami kegundahan karena eksplorasi Islam yang bergerak cepat dan menginvasi Eropa. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya peperangan-peperangan antara abad ke-10 dan ke-11. Kaum Kristen mengusir orang-orang Islam dari Eropa. Peperangan ini di kenal sebagai perang Salib. Karena saat peperangan kaum Kristen membawa salib untuk menunjukan identitasnya terhadap umat Muslim. Peperangan ini kadang kala dimenangkan oleh umat Muslim, sebaliknya dimenangkan juga kaum Nasrani.
Kedua belah pihak mengalami banyak kerugian akibat perang Salib ini, baik kerugian dari materi maupun non-materi. Saat perang salib terjadi, Islam dikuasai oleh kaum Abbasiyah, tetapi kaum Abbasiyah mengalami perpecahan politik diakibatkan banyak golongan yang memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Ditambah pula pada abad ke-13 kaum Kristen berhasil merebut Spanyol dari Dinasti Umayyah. Satu per satu kota-kota penting Spanyol jatuh ke tangan kerajaan Kristen. Cordova jatuh ke tangan ke kerajaan Kristen pada tahun 1238 M, disusul dengan kejatuhan Sevilla pada tahun 1248 M, hingga akhirnya kota terakhir Granada jatuh pada tahun 1492 M.
Kejatuhan Islam dan perpecahan Abbasiyah membuat sebuah Dinasti baru yang muncul di dalam pemerintahan Abbasiyah yang berasal dari luar Turki. Dinasti ini dapat membaur dengan orang Arab dengan mudah, dinasti ini dikenal sebagai Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk dapat memasuki pemerintahan Abbasiyah dan berhasil menguasai Baghdad tetapi kekuasaan tertinggi tetap dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq, mengabdi kepada Bequ, seorang raja di wilayah Turkoman, sebagai pimpinan tentara. Karena pengaruh Saljuk yang besar, raja kemudian beserta pengikutnya pindah ke daerah Jand, suatu wilayah Muslim di Transoxiana. Mereka mendiami wilayah di atas izin Dinasti Samaniyyah dan masuk Islam dengan mazhab Sunni.
Berjalannya waktu Dinasti Saljuk diakui oleh kaum Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1040 M, karena berhasil mengalahkan Mas’ud al-Gaznawi pada tahun 1036 M dan mengusirnya dari Khurasan. Dinasti Saljuk berhasil merebut daerah kekuasaan Gaznawi yaitu Marwa dan Naisabur. Kekuasaan Dinasti Saljuk bertambah kuat dengan bertambah pula daerah yang dikuasai seperti Balkh, Jurjan, Tarbaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Dengan memiliki kekuatan yang kuat dan kekuasaan yang besar membuat Dinasti Saljuk menguasai Bagdad menggantikan posisi dari Dinasti Buwaihi.
Pada tahun 1258 M, Dinasti Saljuk mendirikan sebuah kerajaan baru yang besar dengan berbasis Islam yang kuat, karena Dinasti Saljuk berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1214 M. Puncaknya membunuh pemimpin Abbasiyah dan membasmi kaum Abbasiyah dari Baghdad. Dengan berhasilnya mengusir kaum Abbasiyah dari Baghdad membuat suku bangsa Turkoman dari Trasoxiana berpindah ke arah barat dan dipimpin oleh para Bey serta merebut tanah di Asia Barat. Pada tahun yang sama, lahir seorang anak bernama Ustman di Anatolia dan dipandang keluarga Ghazi yang terkemuka. Ustman merupakan seorang Turkoman yang memimpin anak buahnya ke dalam daerah Anatolia paling barat. Ustman merupakan pendiri dari Imperium besar Islam. Ustman tidak sendiri mendirikan sebuah kerajaan, dia hanya berhasil membangun emirat ghazi kecil yang tangguh di Anatolia. Bersama dengan ghazi-ghazi yang lain seperti Karamanli, Aydin, Sarukhan, Kirgiz, Kazakh dan ghazi-ghazi yang tidak disebut namanya. Keturunan-keturunan dari Ustman disebut Ustmani, dari pendirian ini Imperium tersebut disebut sebagai Turki Ustmani.
Turki Usmani Memasuki Eropa Balkan
Beberapa waktu Ustmani semakin berkembang dan kuat, mereka mulai menundukkan negara-negara ghazi yang lain, banyak cara Ustmani menundukkan ghazi-ghazi tersebut, sebagaian mereka taklukkan dan kadang-kadang beberapa ghazi dibeli oleh Ustmani. Para kepala suku ghazi yang merupakan emir berdaulat menjadi bangsawan feodal yang memiliki kekuasaan sendiri, tetapi tetap tunduk kepada kepala kepemerintahan yaitu Dinasti Ustmani.
Ustman yang sudah menguasai daerah perbatasan, ingin menguasai daerah diluar daerah kepemerintahannya, Ia ingin menundukkan daerah-daerah Byzantium. Ustman sendiri memiliki faktor-faktor untuk menguasai daerah lain yaitu:
1. Mencari tanah baru dan membina kehidupan bersama yang baru, bebas dari penindasan Mongol;
2. Melepaskan diri dari desakan-desakan suku-suku yang berimigrasi ke Anatolia Sentral;
3. Kelemahan dan kelesuan dalam daerah perbatasan Byzantium;
4. Menghadapi orang Nasrani dalam semangat Jihad.
Pada tahun 1301 M, Ustman memulai ekpansinya ke daerah Byzantium. Pada awalnya membangun sebuah pangkalan di selatan sungai Sankara dan masuk ke Byzantium melalui barat sungai. Pasukan Byzantium yang mendengar berita ini segera melakukan perlawanan untuk menghentikan invasi Ustmani. Pertempuran terjadi pada tahun 1302 M di dekat kota Nikomedia, perang ini berhasil dimenangkan oleh Ustman. Setelah memangkan perperangan di Nikomedia Ustman melanjutkan invasinya ke Nicea dan Brusa, tetapi sebelum dia menaklukan Nicea dan Brusa pada 1324 M Ustmani meninggal. Tapi dia berhasil mengendalikan semua Bythinia Byzantium.
Kematian Ustman membuat invasi Ustmani tertunda, selang 2 tahun Orhan menggantikan ayahnya Ustman untuk menggantikan ayahnya sebagai Pemimpin Ustmani. Orhan meneruskan tujuan ayahnya menginvasi Eropa. Orhan berhasil menguasai kota Prusa pada tahun 1326 M, serta menjadikan Prusa sebagai Ibu kota Ustmani yang baru dengan mengganti namanya menjadi Bursa, dan Orhan mengambil gelar Sultan. Setelah menguasai Bursa Orhan melanjutkan invasinya ke daerah Nicea untuk menguasai daerah tersebut, disana Orhan dicegat oleh pasukan Byzantium pada musim semi tahun 1329 M.
Pasukan Byzantium dipimpin oleh Andronikus dan John Cantacuzenus menyeberangi selat Bithynia dan melakukan penyerangan terhadap Orhan di kota Pelekanon. Orhan berhasil mengalahkan Pasukan Byzantium dan mengakhiri kekuasaan Byzantium di Bithynia dengan menguasai kota Nicea pada 2 Maret 1331 M. Orhan pun berhasil merebut kota Nicomedia dari tangan Byzantium dan membuat Byzantium semakin bingung melawan Ustmani. Akhirnya sebelum dikuasainya Nicomedia dari Ustmani Andronikus membuat perjanjian dengan Sultan Orhan di tahun 1333 M dan Orhan menikahi putri Cantacuzenus yaitu Theodora.
Pada tahun 1354 M, Orhan beserta anaknya Suleyman menyeberang ke Hellenspot dan berhasil menduduki semenanjung Gallipoli. Orhan meninggal pada tahun 1362 M dan digantikan putranya Murad. Murad yang baru menjadi Sultan yang baru di Ustmani, tahun berikutnya berhasil menguasai kota Adrianapolis, orang Turki menyebutnya Edirne dan memindahkan ibu kota yang sebelumnya di Bursa menjadi di kota Edirne. Pada tahun 1355 M, kerajaan Serbia mengalami krisis dan pada tahun 1360 M kerajaan Bulgaria menjadi lemah, dan ini juga merupakan jalan untuk ekspansi Ustmani selanjutnya.
Murad mengikuti langkah ayahnya Orhan. Menyerang dan terus mendesak kerajaan sebelah Utara dan Barat Balkan. Pada tahun 1366 M menguasai lembah sungai Muritza dan pegunungan Balkan, kemudian menaklukkan Sofia (1385 M) dan kota Nish, yang terletak pada sungai Morava (1386 M). Melalui jalur Selatan menyerang Seres (1383 M) sampai ke Saloniki (1387 M). Dengan menguasai daerah-daerah Balkan, kerajaan Bulgaria, Serbia dan Bosnia menjadi negara bawahan Ustmani, dengan syarat putra mahkota kerajaan harus ditangkap dan dipenjara di Istana Ustmani agar tidak terjadi pemberontakan.
Sekitar tahun 1387 M dan 1389 M, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh raja-raja vassal, karena saat itu keamanan daerah Balkan agak mengendor. Pada saat itu Murad berperang melawan pemberontakan di Anatolia serta memperluas daerah penjajahan. Pemberontakan di Balkan dilakukan dari kerajaan Bulgaria dipimpin oleh Czar Shisman, kerajaan Serbia dipimpin oleh Raja Lazarus. Pemberontakan ini dibentuk atas nama anti-Turki dan mengusir Turki Ustmani dari Balkan, Serbia dan Bulgaria dibantu Bosnia dan Kesovo. Pada 15 Juni 1389 M, di dataran Kesovo terjadi perang antara Turki Ustmani dan koalisi anti-Turki pertarungan tersebut memakan banyak korban, dipenghujung perang Murad dan Lazar tewas. Saat Bayazid secara sigap mengambil pimpinan perang dan menguasai kendali peperangan sekaligus meraih kemenangan perang. Bulgaria dan para bangsawan Serbia dibantai oleh Beyazid. Dengan ini kekuasaan Ustmani di Balkan menjadi kuat dan melakukan penyebaran agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar