Setiap
tahun ummat Islam selalu terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan
awal Ramadhan dan akhir ramadhan. Padahal kalau kita menelusuri sejarah
dibuatnya kalender Hijriyah (kalender yang perhitungannya berdasarkan
peredaran bulan mengelilingi bumi) atau disebut juga Tahun Komariyah (qomarun
artinya bulan). Maka tidak perlu lagi ada perbedaan itu. Mengapa? Sebab
satu kali bulan mengelilingi bumi itu tidaklah pas 29 hari atau 30
hari. Walaupun sekarang sudah dapat dilihat pada kalender bahwa bulan
Muharam itu 30 hari, syafar 29 hari, Rabiul awal 30 hari, Rabiul akhir
29 hari dan seterusnya... itu berdasarkan kesepakatan para ulama fiqih
dan para ulama akhli astronomi (akhli Ilmu Falaq) pada zaman Khalifah
Umar bin Khattab. Bagaimana kejadiannya?
Pada saat
hijrahnya nabi bersama para sahabat, kalender hijriyah itu sudah ada,
tetapi belum disebut TAHUN HIJRIYAH, padahal masyarakat pada waktu itu
sudah menghitung hari berdasarkan peredaran bulan. Setiap bulan purnama
mereka menyebutnya tanggal 14. Dan bahkan banyak orang yang menyebut
tanggal 14 itu tengah-tengah bulan (bahkan dalam salah satu hadits pun
rasulullah s.a.w. menganjurkan ummatnya untuk saum sunnah 3 hari di
tengah-tengah bulan, yaitu saat bulan purnama), padahal tidaklah
demikian. Yang paling populer shaum di tengah tengah bulan itu adalah
tengah bulan Shaban (Arab: Nisfu Saban). Pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Khattab, dianggap Islam itu sedang puncak keemasan, sehingga
Khalifah yang "diktator tapi shaleh" itu punya inisiatif memastikan
perhitungan bulan itu berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi,
yang pasti dan yang akurat. maka beliau mengumpulkan para ulama fiqih
dan para akhli astronomi (akhli ilmu falaq), yang bisa melihat bulan (
akhli hisab, akhli rukyat dan akhli hilal dikumpulkan). Maka
bermusyawarahlah para akhli fiqih (yang tentunya pernah berjumpa dengan
Rasulullah s.a.w. dan hafal betul tentang hadits2 beliau yang berkenanan
dengan saum, termasuk di dalamnya hadits yang mengatakan " berpuasalah
kamu karena melihat bulan dan berbukalah kamu karena melihat bulan").
Setelah
sekian lama para ulama itu bermusyawarah dan bekerja dengan sungguh2
(ijtihad), termasuk meneliti dan mengamati bulan dalam waktu beberapa
puluh kali putaran, akhirnya mereka berkesimpulan bahwa ternyata sekali
bulan mengelilingi bumi itu tidak tepat 29 hari dan tidak pula tepat
30 hari, melainkan 29,46 hari atau 29 hari 5 jam 31 menit dan 7,2 detik.
Jadi tidaklah mungkin menghitung awal bulan dengan hari yang dimulai
dengan bilangan waktu yang tepat sekali. Namun demikian mereka
bersepakat membulatkan menjadi 29, 5 hari. Pada waktu bumi beredar
mengelilingi matahari (sekali revolusi), bulan mengelilingi bumi
sebanyak 12 kali. Jadi untuk mengadakan 12 kali revolusi, bulan
memerlukan 12 x 29,5 hari = 354 hari.
Mereka sepakat bahwa
penanggalan Islam mempunyai 12 putaran BULAN, masing-masing dengan 29
dan 30 hari. Penanggalan itu diatur menurut penanggalan putaran BULAN
yang tepat dengan menambahkan 11 hari dalam periode 30 tahun, supaya
tidak bergeser jauh. Jadi selama periode 30 tahun itu ada 19 TAHUN
BIASA, yang jumlah harinya 354 hari. Dan ada 11 TAHUN KABISAT yang
jumlah harinya 355 hari, yaitu tahun ke-2, tahun ke-5, tahun ke-7, tahun
ke-10, tahun ke-13, tahun ke-16, tahun ke-18, tahun ke-21, tahun ke-24,
tahun ke-26 dan tahun ke-29. Perputaran dari 360 bulan
BULAN ini mempunyai 10.361 hari dan hanya akan membuat kesalahan 1 hari saja untuk setiap 2.500 tahun. (Ini penemuan yang luar biasa, bukan hasil kerja yang asal-asalan lho!)
Untuk
menentukan Tahun Hijriyah yang KABISAT, Angka tahun itu dibagi 30 saja.
Jika bersisa dan sisanya sama dengan angka dari 11 tahun kabisat di
atas, maka tahun itu adalah TAHUN KABISAT. Dan jika sisanya tidak sama
dengan angka tahun dari 11 tahun kabisat di atas, maka BUKAN TAHUN
KABISAT, melainkan TAHUN BASITHAH. Misalnya : tahun 1430 H, jika dibagi
30 =47, sisanya 20, maka tahun 1430 H BUKAN TAHUN KABISAT, melainkan
TAHUN BASITHAH.
Umar bin Khattab berinisiatif bahwa
Kalender Tahun Hijriyah DIAWALI pada tahun pertama Hijriyah, yaitu
perjalanan Nabi s.a.w. dari Mekkah ke Madinah. Tepatnya pada hari Jumat
16 Juli 622 Masehi. Bulan Ramadhan atau Puasa dimulai hari ke-273 dari
penanggalan yang telah ditetapkan. Supaya jumlah hari dalam sebulan itu
bulat, jadi tidak 29,5 hari, maka umur bulan dibuat selang seling 29
hari dan 30 hari. Bulan bulan pada Tahun Hijriyah/Komariyah beserta
jumlah harinya adalah sebagai berikut :
1. Muharam 30 hari
2. Safar 29 hari
3. Rabiul Awal 30 hari
4. Rabiul Akhir 29 hari
5. Jumadil Awal 30 hari
6. Jumadil Akhir 29 hari
7. Rajab 30 hari
8. Syaban 29 hari
9. Ramadhan 29/30 hari
10. Syawal 29 hari
11. Zulkaidah 30 hari
12 Zulhijah 29 hari.
Demikian
cerdik dan pandainya para ulama Akhli Rukyatul hilal dan akhli hisab
pada masa Umar bin Khattab. Kita patut acungkan jempol buat mereka! Dan
mereka mengupayakan agar tepat benar perhitungannya. Tetapi mengapa
ummat Islam dewasa ini malah sok pinter? Tidak lagi menggunakan
penanggalan yang dibuat pada masa Khalifah Umar bin Khattab ini? Padahal
kalau diseminarkan pun -barangkali- tidak akan menemukan metoda baru
baik dengan melihat bulan ataupun dengan perhitungan perputaran bulan
mengelilingi matahari. Ataukah karena hal hal lain? Apakah karena ada
hadits Nabi yang mengatakan bahwa shaum pada hari raya iedul fitri dan
iedul adha, ditambah 3 hari tasyrik itu haram dan barangsiapa yang
melakukannya fi nar masuk neraka? Ataukah karena adanya sunnah
nabi yang mengatakan bahwa rasulullah s.a.w hanya puasa 29 hari selama
sembilan tahun dan hanya sekali saja puasa 30 hari karena cuaca mendung?
Yang jadi masalah, apakah para ulama akhli rukyatul hilal, para akhli
hisab dan para akhli fiqih pada masa Umar itu tidak tahu menahu tentang
adanya hadits-hadits di atas? Bukankah mereka pernah bersua dengan
Rasulullah s.a.w? Saya yakin mereka juga tahu kaidah hadits, mustholah
hadits, kaidah fiqh dan usul fiqh, bahwa ada yang shahih dalam matan
dan shahih dalam sanad. Atau sebaliknya. Jadi mengapa harus ribut setiap awal dan akhir ramadhan, kalau mereka sudah berijtihad dengan sungguh-sungguh?
Toh tidak akan tepat waktu kalau melihat bulan, sebab memang tidak
tepat 29 hari atau tepat 30 hari. Melainkan 29,46 hari. Jadi kalau
berusaha melihat bulan, walau menggunakan teleskop secanggih apapun,
pasti tidak akan tepat melihat munculnya bulan pada tanggal 1. Nah,
Kalau memang kita tidak mau mengindahkan lagi kalender hasil ijtihad
orang-orang yang pernah bersua dengan pembawa Risalah Islam, buang saja
penanggalan hijriyah itu. Akhir-akhir ini hasil ijtihad para sahabat
yang ulama itu tak dihargai oleh para "akhlus sunnah" (yang katanya taat
mengikuti sunnah nabi dan para sahabatnya). Semua percuma dibuat! Sia
sia! Tiada arti! Jangan sampai terjadi, selama setahun menggunakan kalender buatan Umar bin Khattab itu, tetapi khusus untuk bulan Ramadhan tidak diberlakukan.
Namun
demikian sungguh aneh rupanya, kalender yang sangat teliti itu
sekarang masih dipakai untuk menghitung hari, bulan dan tahun. cuma tak
dipakai untuk menentukan Ramadhan? Eh...tidak juga ya? Sebab ummat
islam lebih senang menggunakan Kalender Syamsiyah yang perhitungannya berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari ("syamsun "
dalam bahasa Arab artinya matahari) yang dibuat oleh Kaisar Romawi
Julius Caesar, dan disempurnakan oleh Paus Gregory XIII. Dalam dunia
pendidikan saja, ummat Islam masih harus bersekolah di bulan Ramadhan,
karena menggunakan Kalender Masehi/Syamsiyah. Padahal dulu, konon waktu
kita masih dalam masa penjajahan bangsa Belanda, kalender pendidikan
ditentukan oleh Tahun Hijriyah, sehingga setiap tanggal 27, 28 atau 29
Syaban, anak-anak sekolah mendapat laporan pendidikan, sehingga pas
Ramadhan mereka berkonsentrasi untuk semata-mata belajar agama (Islam),
untuk meningkatkan keimanan dan keshalehan. Demikian besar toleransi
beragama orang-orang pendidikan bangsa Belanda kepada warga Inlander
(pribumi). Jadi anak-anak sekolah tidak libur asal libur akhir tahun
ajaran, melainkan libur untuk memperbaiki aqiedah, syariah dan akhlak
keislamannya. Kapankah Menteri pendidikan kita berinisiatif
mengembalikan perhitungan Kalender Pendidikan berdasar kepada Kalender
Hijriyah? Supaya libur akhir tahun ajaran itu berbarengan dengan
pelaksanaan ibadat shaum? Wallahu alam bishowwab!
Kita
kembali ke masalah. Kalau melihat bahwa para ulama di Muhammadiyah
selalu yakin dengan kalender mereka, apakah kita salah kalau meneliti
ulang penetapan para ulama di masa Umar bin Khattab itu dalam menentukan
jumlah hari pada bulan Muharram, betulkah 29 atau 30 hari? Atau supaya
tidak bertentangan dengan sunnah nabi tentang beliau 9 tahun selalu
puasa 29 hari, jadikanlah muharam 29 hari? Tetapi masalahnya, apakah
itu tidak bertentangan juga dengan hadits nabi yang membagi 3 ramadhan
dengan 1/3 bulan berkah, 1/3 penghapusan dosa dan 1/3 bulan pembebasan
dari api neraka? Sehingga pembebasan dari api neraka tidak10 hari,
melainkan 9 hari? Perlukah lagi kita meneliti matan hadits tersebut?
Semua membutuhkan penelitian yang lebih seksama. Ataukah kita mencoba
menghitung ulang peredaran bulan mengelilingi bumi pada zaman mutakhir
ini dan membuat Kalender Hijriyah yang lebih
autentik daripada kalender peninggalan Umar bin Khattab? Betulkah satu
putaran bumi mengelilingi bulan itu 29,46 hari atau kurang? Kenapa
demikian? Sebab ternyata ada beberapa ummat Islam yang penyimpangan
harinya dalam menentukan awal dan akhir ramadhan sampai 3 hari. Bahkan
lebih. Terutama para penganut aliran tasauf (yang konon memiliki
kalender buatan para ulama pada zaman Umar bin Khattab itu). Ini Tak
boleh dibiarkan, perlu diseminarkan dan dibuat workshop untuk
memutakhirkan kembali Kalender Hijriyah ini, yang sudah berjalan lebih
dari 1432 tahun silam. Kalau teliti, sesungguhnya penyimpangan
baru akan terjadi setelah 2500 tahun. Padahal kita baru melewati tahun
Hijriyah 1432 tahun. Bahkan akhir akhir ini ada gejala yang
kurang benar, dimana orang-orang di Indonesia seakan akan ingin
berbarengan dengan di Mekah ketika melaksanakan ibadat shalat iedul
fitri ataupun iedul adha, hanya karena mereka melihat televisi. Padahal
perputaran (rotasi bumi) menghadap ke matahari tidaklah sama. Pasti
berbeda beberapa jam dan Ingat itu adalah penanggalan hari!
Siapa yang mau berinisiatif, membentuk usrah dan berijtihad
memutakhirkan Kalender Hijriyah demi untuk merukunkan ummat beragama
yang satu ini? Waallahu 'alam.
Firman Allah dalam al-Qur'an :"Sesungguhnya
(agama tauhid ini) adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepadaKu. Kemudian mereka
(pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam
kesesatannya sampai suatu waktu. (Q.S. Al-Mukminun XXIII: 52-54)
(ayat ayat ini khitabnya kepada yahudi dan nasrani, tetapi dalam
pemaknaannya bisa juga berlaku bagi ummat Islam desawa ini, an.sic)
Wallahu alam!
Senin, 31 Agustus 2015
SEJARAH ISLAMISASI BANGSA TURKI
Republik Turki
Republik Turki merupakan sebuah Negara
besar dikawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari semenanjung Anatolia di
Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut
Hitam disebelah Utara, Bulgaria disebelah Barat Laut, Yunani dan Aegea di
sebelah Barat, Georgia di Timur Laut, Armenia,
Azerbaijan dan Iran disebelah Timur,
Iraq dan Suriah di Tenggara dan Laut Mediterania di Sebelah Selatan. Laut Marmara
yang merupakan bagian dari Turki digunakan secara internasional untuk menandai
batas wilayah benua Eropa dengan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai Negara
transkoninental. Keberadaan Turki secara geografi terletak di dua benua, Asia dan
Eropa memiliki banyak keuntungan dari segi ekonomi maupun politik.
Negara Turki adalah Negara di dua
benua dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200 km
persegi) wilayahnya terletak di Benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di Benua
Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki sebagai jembatan
antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah.
Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam,
Arab dan Persia sebagai warisan dan imperium Usmani dan pengaruh Negara- Negara
barat modern.
Letak geografis
Secara letak geografis, Turki terletak
pada 39’00’00” lintang utara dan 30’00’00” bujur timur tepat di benua asia yang
dikenal dengan Anatolia, sedangkan pada wilayah thrace yang mana termasuk Benua
Eropa, Turki terletak pada 41’00’00” lintang utara dan 27’00’00” bujur timur.
Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara wilayah
timur dan barat.
Negara Turki memiliki bentuk yang
menyerupai persegi di mana memiliki lebar 550 km panjang 1500 km. titik jauh
yang terletak di bagian Timur Turki adalah wilayah yang bersimpangan dengan Iran
dan Nakhichevan. Sedangkan titik jauh yang terletak bagian barat adalah Avlaka di
wilayah Gokceada, selanjutnya titik jauh bagian selatan adalah pedesaan Beysun,
Provinsi Hatai.
Turki
Pra-Islam
Bangsa Turki berasal dari sebuah rumpun bangsa Ural Altaic (rumpun
bangsa kulit kuning). Mereka hidup dikaki pegununan Altaic, bagian barat dari
padang rumput Mongolia. Kemungkinan besar nenek moyang bangsa Turki mempunyai
hubungan yang erat dengan bangsa asli yang mendiami benua Amerika yang berkulit
merah (Indian) daripada dengan bangsa yang berdiam di Cina, Bangsa Samoye,
Bangsa Hungaria maupun Mongolia. Mereka berkiprah dan mengukur sejarah tidak
dengan sebutan bangsa Turki, tetapi bangsa Hun. Pola kehidupan bangsa ini
adalah nomaden serta masih berbudaya primitif. Sistem kekuasaan yang mereka
lakukan didasarkan pada aturan adat. Penopang kehidupan mereka adalah
penggembala ternak serta melakukan penjarahan terhadap suku-suku yang lebih
lemah. Model kehidupan ini telah memupuk kebanggaan akan anak laki-laki. Sejak kanak-kanak mereka
telah dibiasakan untuk melakukan permainan yang dapat membentuk watak
pemberani dan tubuh yang kuat. Mereka mengorganisasi diri dibawah pimpinan yang
disebut syah.
Dari segi keyakinan, bangsa Altaic menganut kepercayaan Syaman yakni
menyembah unsur-unsur alam dengan perantara totem dan roh. Menurut kepercayaan
mereka, dengan upacara penyembahan ini orang akan mampu memiliki kekuatan yang
besar untuk digunakan kebaikan ataupun kejahatan. Dalam kancah politik, bangsa ini
telah mampu membangun kerajaan besar yang bernama Attilia pada abad ke-5 M yang
terletak ditengah daratan Eropa setelah mereka berpindah dari pegunungan Altaic
pada abad ke 3 SM. Kondisi geografis yang didiami bangsa Turki saat itu secara
umum menuntut pola hidup berpindah-pindah. Situasi itu memunculkan bentuk
kehidupan yang bersuku-suku. Daerah perpindahan bangsa Turki tersebut juga merupakan
daerah transit serta menjadi pusat bertemunya berbagai budaya bangsa yang sedag
bermigrasi. Di Daerah Oase inilah bangsa Turki memulai kehidupan yang bersifat
semi-menetap. Karena menyadari akan watak bangsa Turki yang suka
berpindah-pindah dan menjarah suku lain yang lebih lemah, maka
kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Timur Tengah mendirikan pertahanan di Transoksania
untuk mempertahankan eksistensi mereka dari ancaman bangsa Turki. Kelompok
bangsa Turki yang menetap diperbatasan dengan Timur Tengah inilah lambat laun
berasimilasi dengan budaya setempat (Islam). Dalam proses asimilasinya,
kelompok ini mulai menyukai budaya baru yang mereka kenal tersebut sehingga
mereka berupaya menahan masuknya kawan sesama bangsa Turki yang masih belum
berbudaya dan suka merusak. dan inilah awal persinggungan bangsa Turki dengan
budaya Islam
Sejarah turki
Turki
telah dikenal dalam catatan sejarah dikarenakan Turki memiliki kekayaan
khazanah bebagai peradaban. Bahkan tempat- tempat Troye dan Boghazkoy
( Hatutushashah) memiliki bukti pemukiman yang lebih tua. Di negeri ini pernah
diduduki beberapa kerajaan terkenal, antara lain kerajaan Romawi Timur atau Bizantium
pada tahun 395-1453 M, Dinasti Saljuk pada tahun 1071-1300 M dan Dinasti Ottoman
pada tahun 1300-1922 M. pembahasan subbab ini pemaparan mengenai sejarah Turki akan
dimulai dari periode revolusi ketika Mustafa Kemal Ataturk berkuasa di Turki.
Secara historis, Bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, Perdaban
Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari imperium Usmani dan pengaruh
Negara- Negara barat modern. Hal inilah yang menjadikan Turki Negara yang kaya
akan khazanah peradaban kebudayaan.
Islamisasi di Turki
Pertempuran Heiromyak (Al Yarmuk)
Pada pertempuran di sungai Yarmuk antara Arab dan Bizantin,
Arab kalah dalam bagian perang pada tahap pertama. Saat kemenangan hampir dekat
bagi pihak Bizantin, Arab berganti taktik dan memanfaatkan kontingen wanita
yang seperti kesurupan menyerang pasukan Bizantin sambil berteriak- teriak
histeris Karena tidak terbiasa
menghadapi musuh wanita, tentara Bizantin bingung, apalagi saat jendral mereka
memerintahkan agar pasukan tidak menyerang wanita dan sebaiknya mengundurkan
diri. Ketika Muslim melihat bahwa taktik ini berhasil, mereka mengirimkan tentara
Arab yang mengenakan pakaian wanita agar menyerang Bizantin. Salah seorang
jendral Arab, Khalid Ibn Walid, juga berpura- pura sebagai wanita, mendekati
dan menyerang sang Jendral Bizantin, Harbis, mematahkan tulang rusuknya dan
membunuhnya. Dengan matinya jendral mereka, tentara Bizantin kehilangan
pemimpin dan perang mulai dimenangkan pihak Arab. Inilah caranya mereka
memenangkan perang Yarmuk.
Pertempuran Caesarea, Babylon (kota Bizantin Mesir),
dan Alexandria
Taktik lain yang digunakan tentara-tentara Allah adalah
dengan menyuap para penyapu jalan. Mereka itu memberitahu Muslim dimana letak
saluran- saluran bawah tanah agar bisa dimasuki di malam hari, membuka gerbang
dan menyerang kota itu. Taktik ini digunakan di Babylon (kota Bizantin Mesir,
bukan di Mesopotamia). Kota dengan tembok- tembok setinggi 10 meter dengan
menara- menara tinggi yang sempat bertahan selama lebih dari 8 bulan, akhirnya
diinfiltrasi Muslim secara licik dan berakhir dengan pembantaian setiap
penduduknya, sampai tidak lagi ada yang tersisa.
Arab menyerang Konstantinopel dua kali, pada tahun 674 dan
717, namun kota itu berhasil dipertahankan dengan senjata baru bernama Greek
Fire, Api Yunani. Ini adalah cairan panas yang mengakibatkan luka- luka bakar
menyakitkan bagi mereka yang dijadikan sasaran. Ini sama dengan senjata napalm
jaman sekarang. Pihak Bizantin menggunakan senjata ini melawan invasi Arab pada
tahun 674-678 dan 717-718. Pihak Arab mencoba keras untuk mempelajari rahasia
Api Yunani itu tetapi tidak berhasil. Karena senjata ini, lebih dari 300.000
Arab yang menyerang Konstantinopel, dan hanya 20.000 yang kembali. Yang lainnya
tewas akibat Api Yunani.
Bizantin juga berhasil membendung serangan Muslim di Cilicia
di Turki Tenggara. Muslim- muslim Arab akhirnya memutuskan untuk mengambil rute
laut dan menyerang pulau Rhodes dan
menghancurkan patung raksasa Rhodes (patung yang didirikan orang Yunani jaman
dulu).
Tongkat Jihad dioper ke kaum Turki Seljuk
Jihad Arab kemudian patah semangat ketika pada tahun 732 di
Poiters (Perancis) mereka dikalahkan kaum Franks. Serangan Arab berhenti pada
pertengahan abad ke 8, ketika sesama kalif saling cekcok karena perbedaan
shiah-sunni. Jihad kemudian dimulai lagi pada abad ke 11 dengan diserahkannya
tongkat jihad kepada Turki Seljuk. Mereka menganut kepercayaan Animisme dengan
campuran Zoroastrian sebelum di-Islamisasi oleh Persia (yang juga
di-Islamisasi) antara tahun 651 dan 751.
Ketika orang Persia yang di-Islamisasi itu menyerang Turki,
muncullah nama seorang pendekar bernama Abu Muslim. Ia lahir dari orang tua
Zoroastrian dan ia berpura- pura memeluk Islam karena ingin balas dendam
terhadap penjajah Muslim di Persia. Selain pura- pura sebagai muslim, ia juga
menyerang bangsa non-Muslim Turki dan malah memaksa mereka memeluk Islam.
Langkah berikutnya adalah melakukan kudeta terhadap kalifah Abbasid di Baghdad.
Tetapi ia difitnah oleh teman- teman terdekatnya dan sang kalif memberi
perintah agar ia disiksa sampai mati.
Pertempuran Manzikert antara Bizantin dan Turki
Seljuk
Pemeluk baru Islam ini mencampurkan keberingasan alami
mereka dengan fanatisme Islam. Terbentuklah kombinasi maut. Kalau Arab gagal
merebut Konstantinopel dengan mendobrak pagar Cilicia, kaum Turki Seljuk dengan
pelan tapi pasti menggrogoti pinggir- pinggir utara Bizantin di Armenia.
Kawasan Caucasus (atau Kavkaz) ini bertubi- tubi menjadi
garis depan tempat berlangsungnya bentrokan peradaban sejak saat itu sampai
sekarang. Beslan di Russia bagian Ossetia, dimana anak- anak sekolah dibantai
teroris Muslim, tidak jauh dari Manzikert, tempat utama bentrokan antara
Muslim-Kristen di tahun 1071.
Kaisar Bizantin ketika itu adalah Romanus IV Diogenes. Ia
menduduki tahta tahun 1068. Seperti biasanya, terdapat banyak komplotan
kekuasaan di Bizantin. Ini semakin nampak karena selama 400 tahun dari 640-1068,
kaum Bizantin memperkuat angkatan bersenjata mereka dengan menyewa tentara-
tentara bayaran dari kaum Franks, Ostrogoths, Visigoths, Bulgar, Avar dan
masyarakat- masyarakat Kristen lainnya ditambah dengan kaum Latin yang selalu
merupakan lobby kuat di Konstantinopel. Tentara- tentara bayaran ini digunakan
untuk menangani serangan Arab, tetapi dalam masa damai mereka menjadi lobby-
lobby kuat dalam politik dalam negeri Bizantin. Untuk menjaga keseimbangan
politik, beberapa raja daerah bagian Bizantin mengikutkan dalam kontingen mereka
tentara cadangan berupa Orang Seljuk Turki yang Notabene Muslim. Keputusan ini
terbukti membawa celaka kepada Bizantin di Manzikert.
Romanus membagi pasukannya menjadi dua. Ia memimpin yang
satu dan yang lainnya dipimpin oleh Joseph Tarchaniotes, orang keturunan Turki
yang secara rahasia memeluk Islam, kepercayaan yang dianut kebanyakan rakyatnya
– kaum Seljuk Turki. Tarchaniotes mengkomando kontingen tentara bayaran
terbesar, kaum Cuman Turki. Romanus merebut kembali kota- kota yang dijajah
kaum Seljuk Turki yang akhirnya berpuncak kepada Pertempuran Manzikert.
Jendral tentara pihak Islam (pihak
Seljuk Turki) adalah Alp Arslan yang bermarkas di dekat Manzikert. Romanus
menunggu jendralnya untuk menyerang markas Turki milik Alp Arslan itu. Tapi
sang jendral Joseph Bizantin itu membelot ke pihak musuh bersama dengan
pasukannya. Seperti juga pembelotan tentara Persia pada Pertempuran Qadissiyah
antara Sassanid dengan Arab Muslim, ini sekali lagi membuktikan bahwa tentara
Muslim TIDAK PERNAH AKAN SETIA PADA
ATASAN NON-MUSLI.
Sebelum
masuk Islam periode Islam, Turki pernah diduduki oleh kerajaan Romawi. Pada
masa kekuasaan Romawi di Turki, Kekaisaran Romawi mendirikan ibu kota baru di
wilayah Anatolia. Ibu kota tersebut dinamakan Konstantinopel. Masa kerajaan Romawi
Timur di Turki di mulai pada tahun 395 M. pada masa kekuasaan Romawi Timur,
sector perdagangan dan kebudayaan
berkembang pesat di sekitar Konstantinopel. Di samping itu, penyebaran agama
Kristen pun meningkat pada masa kekuasaan Romawi Timur. Peristiwa penting yang
menjelaaskan Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium adalah pertempuran Adrianopel
pada tahun 378 M.
Pada masa kekuasaan Romawi Timur berkuasa
di Turki pada tahun 395- 1453 M, ada dua dinasti yang berdiri yaitu dinasti
saljuk (1071- 1300 M) dan Dinasti Turki Usmani atau Dinasti Ottoman (1300-1922
M). Namun, pada pertengahan abad ke-13, kerajaan Bizantium mulai melemah
dikarenakan telah kehilangan beberapa kekuasaanya oleh beberapa kabilah. Salah
satu kabilah ini berada di daerah
eksisehir yang merupakan wilayah barat Anatolia, yang dipimpin Usman 1, anak
dari Ertugril, yang kemudian mendirikan kesulatanan Usmaniyah pada tahun 1299
M. akhir dari kerajaan Romawi Timur atau
Bizaantium yaitu ketika bangsa Turki Ottoman merebut kota Konstantinopel pada
tahun 1253 M.
Periode
islam
Periode islam di Turki dimulai pada
masa kekuasaan Dinasti Saljuk dan Dinasti Ottoman. Dinasti Saljuk berkuasa
dimulai pada tahun 1071-1300 M. sedangkan periode Dinasti Utsmani atau dekenal
juga dengan sebutan Dinasti Ottoman dimulai pada tahun 1300-1022 M. Dinasti
Turki Utsmani didirikan oleh Bani Utsmani. Pemerintahan pada masa Kekaisaran Utsmani
kekuasaannya berlangsung kurang lebih selama 6 abad. Awal periode keemasan Dinasti
Ottoman ialah ketika pasukan Turki
Ottoman berhasil menaklukan ibukota Bizantium yaitu kota Konstinopel pada tahun
1453 M. penaklukan kota Konstantinopel ini mengukuhkan status kekaisran Turki
Utsmani sebagai kekuatan besar khususnya di wilayah eropa tenggara dan
mediterania timur. Pada masa inilah pemerintahan Turki Ottoman memperoleh
pengaruh Islam yang kuat. Bahkan sepeninggalan Khulafaur Rasydin, Turki menjadi
Khilafah Islamiyah dibawah kekuasaan Dinasti Utsmania. Wilayah kekuasaan Dinasti
Utsmani pada masa kerajaan meliputi kawasan Jazirah Arab, Balkan, Hongaria hingga
kawasan Afrika Utara. Namun, akibat perebutan kekuasaan di dalam yang
melibatkan intervensi sejumlah Negara asing pada akhirnya meruntuhkan
kekaisaran Turki Utsmani.
Secara operasional, Ahmad Al-Usairy menjelaskan
lika-liku penaklukan tersebut bahwa kewilayah Romawi (Turki) ketika itu selalu
dilakukan pengintaian dan ekspedisi kesana. Tujuannya adalah menaklukan
konstantinopel. Kota ini dikepung pada tahun 50 H/670 M. dan tahun 53-61
H/672-680 M; namun tidak berhasil ditaklukan. Muawiyah membentuk pasukan laut
yang besar yang siaga dilaut tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan
kekuatan itu, dia berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukan
pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49H/669M; kepulauan Rhodesia pada tahun
53H/673M; kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M; kepulauan Ijih dekat Konstatinopel
pada tahun 57H/ 680 M.
Kondisi social budaya,
ekonomi dan politik
Social budaya
Pengaruh dari Arab dan Persia pada
peradaban Islam Turki menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai
peninggalan Dinasti Utsmani. Pada masa Kekhalifahan
Islam diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai
makhlik dengan Allah SWT sebagai khalik, sang pencipta. Hal inilah yang
melandasi suatu system social dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Islam yang muncul di jazirah arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia,
berkembang di wilayah kekuasaan kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua
bangsa tersebut.
Perkembangan selanjutnya
memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut kedalam kebudayaan Bangsa
Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering
menganggap bahwa Bangsa Turki sama dengan bangsa arab.
Bahas Turki pada mulanya berasal
dari Asia tengah dimana mereka yang disebut kelompok Oghuz berpindah hingga ke Jazirah
Anatolia, Asia Kecil. Bahasa cabang Oghuz ini lambat laun berubah. Kelompok Oghuz
ini menyebar mulai Anatolia hingga Selat Bosporus. Kelompok yang membawa bahasa
ini saljuk pada abad ke- 10. Semenjak Islam itu
mulai dianut masyarakat Turki, Bahasa Turki di wilayah Anatolia mulai menyerap
berbagai kosakata dari Bahasa Arab dan Persia.
Ekonomi
Berdasarkan posisi geografis Turki yang
strategis di titik pertemuan benua Asia dan Eropa, membuat Negara Turki mempunyai
peranan penting sebagai pusat dari zona- zona ekonomi yang asaling tumpang
tindih. Di samoing itu pula Turki juga menjadi pusat industry dan perdagangan
Negara- Negara di sekitar Laut Hitam dan Timur Dekat.
Turki menkankan reformasi structural
dan restrukturisasi. Hal ini ditandai dengan meningkatkan proses privatisasi
dan reformasi yang luas termasuk pertanian, keamanan social, sector
telekomunikasi dan energy. Indicator makroekonomi juga berada pada tren yang
positif. Negara ini telah menurunkan inflasi sampai angka satu digit, hal ini
membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinngi dan stabil dan mencapai reformasi
structural yang luas.
Terbentuknya Turki Usmani
Pasca berkembangnya Islam di Arab dan di Eropa, mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi dari pemerintahan di Eropa. Paus gereja pusat Eropa mengalami kegundahan karena eksplorasi Islam yang bergerak cepat dan menginvasi Eropa. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya peperangan-peperangan antara abad ke-10 dan ke-11. Kaum Kristen mengusir orang-orang Islam dari Eropa. Peperangan ini di kenal sebagai perang Salib. Karena saat peperangan kaum Kristen membawa salib untuk menunjukan identitasnya terhadap umat Muslim. Peperangan ini kadang kala dimenangkan oleh umat Muslim, sebaliknya dimenangkan juga kaum Nasrani.
Kedua belah pihak mengalami banyak kerugian akibat perang Salib ini, baik kerugian dari materi maupun non-materi. Saat perang salib terjadi, Islam dikuasai oleh kaum Abbasiyah, tetapi kaum Abbasiyah mengalami perpecahan politik diakibatkan banyak golongan yang memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Ditambah pula pada abad ke-13 kaum Kristen berhasil merebut Spanyol dari Dinasti Umayyah. Satu per satu kota-kota penting Spanyol jatuh ke tangan kerajaan Kristen. Cordova jatuh ke tangan ke kerajaan Kristen pada tahun 1238 M, disusul dengan kejatuhan Sevilla pada tahun 1248 M, hingga akhirnya kota terakhir Granada jatuh pada tahun 1492 M.
Kejatuhan Islam dan perpecahan Abbasiyah membuat sebuah Dinasti baru yang muncul di dalam pemerintahan Abbasiyah yang berasal dari luar Turki. Dinasti ini dapat membaur dengan orang Arab dengan mudah, dinasti ini dikenal sebagai Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk dapat memasuki pemerintahan Abbasiyah dan berhasil menguasai Baghdad tetapi kekuasaan tertinggi tetap dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq, mengabdi kepada Bequ, seorang raja di wilayah Turkoman, sebagai pimpinan tentara. Karena pengaruh Saljuk yang besar, raja kemudian beserta pengikutnya pindah ke daerah Jand, suatu wilayah Muslim di Transoxiana. Mereka mendiami wilayah di atas izin Dinasti Samaniyyah dan masuk Islam dengan mazhab Sunni.
Berjalannya waktu Dinasti Saljuk diakui oleh kaum Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1040 M, karena berhasil mengalahkan Mas’ud al-Gaznawi pada tahun 1036 M dan mengusirnya dari Khurasan. Dinasti Saljuk berhasil merebut daerah kekuasaan Gaznawi yaitu Marwa dan Naisabur. Kekuasaan Dinasti Saljuk bertambah kuat dengan bertambah pula daerah yang dikuasai seperti Balkh, Jurjan, Tarbaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Dengan memiliki kekuatan yang kuat dan kekuasaan yang besar membuat Dinasti Saljuk menguasai Bagdad menggantikan posisi dari Dinasti Buwaihi.
Pada tahun 1258 M, Dinasti Saljuk mendirikan sebuah kerajaan baru yang besar dengan berbasis Islam yang kuat, karena Dinasti Saljuk berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1214 M. Puncaknya membunuh pemimpin Abbasiyah dan membasmi kaum Abbasiyah dari Baghdad. Dengan berhasilnya mengusir kaum Abbasiyah dari Baghdad membuat suku bangsa Turkoman dari Trasoxiana berpindah ke arah barat dan dipimpin oleh para Bey serta merebut tanah di Asia Barat. Pada tahun yang sama, lahir seorang anak bernama Ustman di Anatolia dan dipandang keluarga Ghazi yang terkemuka. Ustman merupakan seorang Turkoman yang memimpin anak buahnya ke dalam daerah Anatolia paling barat. Ustman merupakan pendiri dari Imperium besar Islam. Ustman tidak sendiri mendirikan sebuah kerajaan, dia hanya berhasil membangun emirat ghazi kecil yang tangguh di Anatolia. Bersama dengan ghazi-ghazi yang lain seperti Karamanli, Aydin, Sarukhan, Kirgiz, Kazakh dan ghazi-ghazi yang tidak disebut namanya. Keturunan-keturunan dari Ustman disebut Ustmani, dari pendirian ini Imperium tersebut disebut sebagai Turki Ustmani.
Gambar: Peta Dinasti Turki Ustmani
Turki Usmani Memasuki Eropa Balkan
Beberapa waktu Ustmani semakin berkembang dan kuat, mereka mulai menundukkan negara-negara ghazi yang lain, banyak cara Ustmani menundukkan ghazi-ghazi tersebut, sebagaian mereka taklukkan dan kadang-kadang beberapa ghazi dibeli oleh Ustmani. Para kepala suku ghazi yang merupakan emir berdaulat menjadi bangsawan feodal yang memiliki kekuasaan sendiri, tetapi tetap tunduk kepada kepala kepemerintahan yaitu Dinasti Ustmani.
Ustman yang sudah menguasai daerah perbatasan, ingin menguasai daerah diluar daerah kepemerintahannya, Ia ingin menundukkan daerah-daerah Byzantium. Ustman sendiri memiliki faktor-faktor untuk menguasai daerah lain yaitu:
Pada tahun 1301 M, Ustman memulai ekpansinya ke daerah Byzantium. Pada awalnya membangun sebuah pangkalan di selatan sungai Sankara dan masuk ke Byzantium melalui barat sungai. Pasukan Byzantium yang mendengar berita ini segera melakukan perlawanan untuk menghentikan invasi Ustmani. Pertempuran terjadi pada tahun 1302 M di dekat kota Nikomedia, perang ini berhasil dimenangkan oleh Ustman. Setelah memangkan perperangan di Nikomedia Ustman melanjutkan invasinya ke Nicea dan Brusa, tetapi sebelum dia menaklukan Nicea dan Brusa pada 1324 M Ustmani meninggal. Tapi dia berhasil mengendalikan semua Bythinia Byzantium.
Gambar: Sultan Ustman I
Kematian Ustman membuat invasi Ustmani tertunda, selang 2 tahun Orhan menggantikan ayahnya Ustman untuk menggantikan ayahnya sebagai Pemimpin Ustmani. Orhan meneruskan tujuan ayahnya menginvasi Eropa. Orhan berhasil menguasai kota Prusa pada tahun 1326 M, serta menjadikan Prusa sebagai Ibu kota Ustmani yang baru dengan mengganti namanya menjadi Bursa, dan Orhan mengambil gelar Sultan. Setelah menguasai Bursa Orhan melanjutkan invasinya ke daerah Nicea untuk menguasai daerah tersebut, disana Orhan dicegat oleh pasukan Byzantium pada musim semi tahun 1329 M.
Gambar: Sultan Orhan I
Pasukan Byzantium dipimpin oleh Andronikus dan John Cantacuzenus menyeberangi selat Bithynia dan melakukan penyerangan terhadap Orhan di kota Pelekanon. Orhan berhasil mengalahkan Pasukan Byzantium dan mengakhiri kekuasaan Byzantium di Bithynia dengan menguasai kota Nicea pada 2 Maret 1331 M. Orhan pun berhasil merebut kota Nicomedia dari tangan Byzantium dan membuat Byzantium semakin bingung melawan Ustmani. Akhirnya sebelum dikuasainya Nicomedia dari Ustmani Andronikus membuat perjanjian dengan Sultan Orhan di tahun 1333 M dan Orhan menikahi putri Cantacuzenus yaitu Theodora.
Pada tahun 1354 M, Orhan beserta anaknya Suleyman menyeberang ke Hellenspot dan berhasil menduduki semenanjung Gallipoli. Orhan meninggal pada tahun 1362 M dan digantikan putranya Murad. Murad yang baru menjadi Sultan yang baru di Ustmani, tahun berikutnya berhasil menguasai kota Adrianapolis, orang Turki menyebutnya Edirne dan memindahkan ibu kota yang sebelumnya di Bursa menjadi di kota Edirne. Pada tahun 1355 M, kerajaan Serbia mengalami krisis dan pada tahun 1360 M kerajaan Bulgaria menjadi lemah, dan ini juga merupakan jalan untuk ekspansi Ustmani selanjutnya.
Gambar: Sultan Murad I
Murad mengikuti langkah ayahnya Orhan. Menyerang dan terus mendesak kerajaan sebelah Utara dan Barat Balkan. Pada tahun 1366 M menguasai lembah sungai Muritza dan pegunungan Balkan, kemudian menaklukkan Sofia (1385 M) dan kota Nish, yang terletak pada sungai Morava (1386 M). Melalui jalur Selatan menyerang Seres (1383 M) sampai ke Saloniki (1387 M). Dengan menguasai daerah-daerah Balkan, kerajaan Bulgaria, Serbia dan Bosnia menjadi negara bawahan Ustmani, dengan syarat putra mahkota kerajaan harus ditangkap dan dipenjara di Istana Ustmani agar tidak terjadi pemberontakan.
Gambar: Peta Dinasti Ustmani Pada Masa Pemerintahan Murad I
Sekitar tahun 1387 M dan 1389 M, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh raja-raja vassal, karena saat itu keamanan daerah Balkan agak mengendor. Pada saat itu Murad berperang melawan pemberontakan di Anatolia serta memperluas daerah penjajahan. Pemberontakan di Balkan dilakukan dari kerajaan Bulgaria dipimpin oleh Czar Shisman, kerajaan Serbia dipimpin oleh Raja Lazarus. Pemberontakan ini dibentuk atas nama anti-Turki dan mengusir Turki Ustmani dari Balkan, Serbia dan Bulgaria dibantu Bosnia dan Kesovo. Pada 15 Juni 1389 M, di dataran Kesovo terjadi perang antara Turki Ustmani dan koalisi anti-Turki pertarungan tersebut memakan banyak korban, dipenghujung perang Murad dan Lazar tewas. Saat Bayazid secara sigap mengambil pimpinan perang dan menguasai kendali peperangan sekaligus meraih kemenangan perang. Bulgaria dan para bangsawan Serbia dibantai oleh Beyazid. Dengan ini kekuasaan Ustmani di Balkan menjadi kuat dan melakukan penyebaran agama Islam.
Pasca berkembangnya Islam di Arab dan di Eropa, mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi dari pemerintahan di Eropa. Paus gereja pusat Eropa mengalami kegundahan karena eksplorasi Islam yang bergerak cepat dan menginvasi Eropa. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya peperangan-peperangan antara abad ke-10 dan ke-11. Kaum Kristen mengusir orang-orang Islam dari Eropa. Peperangan ini di kenal sebagai perang Salib. Karena saat peperangan kaum Kristen membawa salib untuk menunjukan identitasnya terhadap umat Muslim. Peperangan ini kadang kala dimenangkan oleh umat Muslim, sebaliknya dimenangkan juga kaum Nasrani.
Kedua belah pihak mengalami banyak kerugian akibat perang Salib ini, baik kerugian dari materi maupun non-materi. Saat perang salib terjadi, Islam dikuasai oleh kaum Abbasiyah, tetapi kaum Abbasiyah mengalami perpecahan politik diakibatkan banyak golongan yang memerdekakan diri dari kekuasaan Abbasiyah. Ditambah pula pada abad ke-13 kaum Kristen berhasil merebut Spanyol dari Dinasti Umayyah. Satu per satu kota-kota penting Spanyol jatuh ke tangan kerajaan Kristen. Cordova jatuh ke tangan ke kerajaan Kristen pada tahun 1238 M, disusul dengan kejatuhan Sevilla pada tahun 1248 M, hingga akhirnya kota terakhir Granada jatuh pada tahun 1492 M.
Kejatuhan Islam dan perpecahan Abbasiyah membuat sebuah Dinasti baru yang muncul di dalam pemerintahan Abbasiyah yang berasal dari luar Turki. Dinasti ini dapat membaur dengan orang Arab dengan mudah, dinasti ini dikenal sebagai Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk dapat memasuki pemerintahan Abbasiyah dan berhasil menguasai Baghdad tetapi kekuasaan tertinggi tetap dipegang oleh Bani Abbasiyah.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq, mengabdi kepada Bequ, seorang raja di wilayah Turkoman, sebagai pimpinan tentara. Karena pengaruh Saljuk yang besar, raja kemudian beserta pengikutnya pindah ke daerah Jand, suatu wilayah Muslim di Transoxiana. Mereka mendiami wilayah di atas izin Dinasti Samaniyyah dan masuk Islam dengan mazhab Sunni.
Berjalannya waktu Dinasti Saljuk diakui oleh kaum Abbasiyah di Baghdad pada tahun 1040 M, karena berhasil mengalahkan Mas’ud al-Gaznawi pada tahun 1036 M dan mengusirnya dari Khurasan. Dinasti Saljuk berhasil merebut daerah kekuasaan Gaznawi yaitu Marwa dan Naisabur. Kekuasaan Dinasti Saljuk bertambah kuat dengan bertambah pula daerah yang dikuasai seperti Balkh, Jurjan, Tarbaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Dengan memiliki kekuatan yang kuat dan kekuasaan yang besar membuat Dinasti Saljuk menguasai Bagdad menggantikan posisi dari Dinasti Buwaihi.
Pada tahun 1258 M, Dinasti Saljuk mendirikan sebuah kerajaan baru yang besar dengan berbasis Islam yang kuat, karena Dinasti Saljuk berhasil menguasai daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1214 M. Puncaknya membunuh pemimpin Abbasiyah dan membasmi kaum Abbasiyah dari Baghdad. Dengan berhasilnya mengusir kaum Abbasiyah dari Baghdad membuat suku bangsa Turkoman dari Trasoxiana berpindah ke arah barat dan dipimpin oleh para Bey serta merebut tanah di Asia Barat. Pada tahun yang sama, lahir seorang anak bernama Ustman di Anatolia dan dipandang keluarga Ghazi yang terkemuka. Ustman merupakan seorang Turkoman yang memimpin anak buahnya ke dalam daerah Anatolia paling barat. Ustman merupakan pendiri dari Imperium besar Islam. Ustman tidak sendiri mendirikan sebuah kerajaan, dia hanya berhasil membangun emirat ghazi kecil yang tangguh di Anatolia. Bersama dengan ghazi-ghazi yang lain seperti Karamanli, Aydin, Sarukhan, Kirgiz, Kazakh dan ghazi-ghazi yang tidak disebut namanya. Keturunan-keturunan dari Ustman disebut Ustmani, dari pendirian ini Imperium tersebut disebut sebagai Turki Ustmani.
Turki Usmani Memasuki Eropa Balkan
Beberapa waktu Ustmani semakin berkembang dan kuat, mereka mulai menundukkan negara-negara ghazi yang lain, banyak cara Ustmani menundukkan ghazi-ghazi tersebut, sebagaian mereka taklukkan dan kadang-kadang beberapa ghazi dibeli oleh Ustmani. Para kepala suku ghazi yang merupakan emir berdaulat menjadi bangsawan feodal yang memiliki kekuasaan sendiri, tetapi tetap tunduk kepada kepala kepemerintahan yaitu Dinasti Ustmani.
Ustman yang sudah menguasai daerah perbatasan, ingin menguasai daerah diluar daerah kepemerintahannya, Ia ingin menundukkan daerah-daerah Byzantium. Ustman sendiri memiliki faktor-faktor untuk menguasai daerah lain yaitu:
1. Mencari tanah baru dan membina kehidupan bersama yang baru, bebas dari penindasan Mongol;
2. Melepaskan diri dari desakan-desakan suku-suku yang berimigrasi ke Anatolia Sentral;
3. Kelemahan dan kelesuan dalam daerah perbatasan Byzantium;
4. Menghadapi orang Nasrani dalam semangat Jihad.
Pada tahun 1301 M, Ustman memulai ekpansinya ke daerah Byzantium. Pada awalnya membangun sebuah pangkalan di selatan sungai Sankara dan masuk ke Byzantium melalui barat sungai. Pasukan Byzantium yang mendengar berita ini segera melakukan perlawanan untuk menghentikan invasi Ustmani. Pertempuran terjadi pada tahun 1302 M di dekat kota Nikomedia, perang ini berhasil dimenangkan oleh Ustman. Setelah memangkan perperangan di Nikomedia Ustman melanjutkan invasinya ke Nicea dan Brusa, tetapi sebelum dia menaklukan Nicea dan Brusa pada 1324 M Ustmani meninggal. Tapi dia berhasil mengendalikan semua Bythinia Byzantium.
Kematian Ustman membuat invasi Ustmani tertunda, selang 2 tahun Orhan menggantikan ayahnya Ustman untuk menggantikan ayahnya sebagai Pemimpin Ustmani. Orhan meneruskan tujuan ayahnya menginvasi Eropa. Orhan berhasil menguasai kota Prusa pada tahun 1326 M, serta menjadikan Prusa sebagai Ibu kota Ustmani yang baru dengan mengganti namanya menjadi Bursa, dan Orhan mengambil gelar Sultan. Setelah menguasai Bursa Orhan melanjutkan invasinya ke daerah Nicea untuk menguasai daerah tersebut, disana Orhan dicegat oleh pasukan Byzantium pada musim semi tahun 1329 M.
Pasukan Byzantium dipimpin oleh Andronikus dan John Cantacuzenus menyeberangi selat Bithynia dan melakukan penyerangan terhadap Orhan di kota Pelekanon. Orhan berhasil mengalahkan Pasukan Byzantium dan mengakhiri kekuasaan Byzantium di Bithynia dengan menguasai kota Nicea pada 2 Maret 1331 M. Orhan pun berhasil merebut kota Nicomedia dari tangan Byzantium dan membuat Byzantium semakin bingung melawan Ustmani. Akhirnya sebelum dikuasainya Nicomedia dari Ustmani Andronikus membuat perjanjian dengan Sultan Orhan di tahun 1333 M dan Orhan menikahi putri Cantacuzenus yaitu Theodora.
Pada tahun 1354 M, Orhan beserta anaknya Suleyman menyeberang ke Hellenspot dan berhasil menduduki semenanjung Gallipoli. Orhan meninggal pada tahun 1362 M dan digantikan putranya Murad. Murad yang baru menjadi Sultan yang baru di Ustmani, tahun berikutnya berhasil menguasai kota Adrianapolis, orang Turki menyebutnya Edirne dan memindahkan ibu kota yang sebelumnya di Bursa menjadi di kota Edirne. Pada tahun 1355 M, kerajaan Serbia mengalami krisis dan pada tahun 1360 M kerajaan Bulgaria menjadi lemah, dan ini juga merupakan jalan untuk ekspansi Ustmani selanjutnya.
Murad mengikuti langkah ayahnya Orhan. Menyerang dan terus mendesak kerajaan sebelah Utara dan Barat Balkan. Pada tahun 1366 M menguasai lembah sungai Muritza dan pegunungan Balkan, kemudian menaklukkan Sofia (1385 M) dan kota Nish, yang terletak pada sungai Morava (1386 M). Melalui jalur Selatan menyerang Seres (1383 M) sampai ke Saloniki (1387 M). Dengan menguasai daerah-daerah Balkan, kerajaan Bulgaria, Serbia dan Bosnia menjadi negara bawahan Ustmani, dengan syarat putra mahkota kerajaan harus ditangkap dan dipenjara di Istana Ustmani agar tidak terjadi pemberontakan.
Sekitar tahun 1387 M dan 1389 M, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh raja-raja vassal, karena saat itu keamanan daerah Balkan agak mengendor. Pada saat itu Murad berperang melawan pemberontakan di Anatolia serta memperluas daerah penjajahan. Pemberontakan di Balkan dilakukan dari kerajaan Bulgaria dipimpin oleh Czar Shisman, kerajaan Serbia dipimpin oleh Raja Lazarus. Pemberontakan ini dibentuk atas nama anti-Turki dan mengusir Turki Ustmani dari Balkan, Serbia dan Bulgaria dibantu Bosnia dan Kesovo. Pada 15 Juni 1389 M, di dataran Kesovo terjadi perang antara Turki Ustmani dan koalisi anti-Turki pertarungan tersebut memakan banyak korban, dipenghujung perang Murad dan Lazar tewas. Saat Bayazid secara sigap mengambil pimpinan perang dan menguasai kendali peperangan sekaligus meraih kemenangan perang. Bulgaria dan para bangsawan Serbia dibantai oleh Beyazid. Dengan ini kekuasaan Ustmani di Balkan menjadi kuat dan melakukan penyebaran agama Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)